Di sisi lain, versi dari pengurus BUMDes berbeda.
Ketika dikonfirmasi, Suherman (44) membantah bahwa becak itu 'disita' oleh BUMDes. Menurutnya, itu hanya titipan sementara di aula TPS 3R karena tempatnya memadai.
"Diterima BUMDes itu tidak," tegas Herman.
Ia mengaku prosesnya mendadak. "Malam ditelpon, paginya harus berangkat ke sana. Setelah dibawa pulang, langsung ramai. Tidak ada pemberitahuan awal."
Alasan penyimpanan, katanya, untuk mencegah kecemburuan sosial. Bantuan yang jumlahnya terbatas bisa memicu kegaduhan di masyarakat. "Kita rawat dulu," ujarnya.
Soal tiga nama penerima, Herman menjelaskan: Sudrajat memang staf BUMDes, tapi Muhtadi buruh lepas, dan Daklan sendiri pencetak bata. "Sampai hari ini, tidak ada satupun yang datang ke saya untuk meminta itu," klaimnya.
Meski begitu, Herman berjanji akan mendistribusikan becak tersebut. "Secepatnya kami akan menyerahkan, melihat kondusifitas di tengah masyarakat," pungkasnya.
Janji itu masih menggantung. Sementara bagi Daklan, becak listrik yang ia dambakan masih teronggok di gudang, jauh dari jalanan yang ia jalani setiap hari untuk mencari nafkah.
Artikel Terkait
Teras Cihampelas Menuju Akhir: Skywalk Ikonik Bandung yang Terlupakan
Ustaz Zaky Dituduh Pinjam Rp97 Juta dan Janji Nikah Palsu ke Jemaah Bercadar
TNI Kerahkan 36 Ribu Personel untuk Tangani Darurat Bencana di Sumatera
Putra Politisi PKS Tewas dengan 19 Tusukan di Rumah Sendiri