Yang lebih memprihatinkan, perilaku korupsi ini ibarat gayung bersambut di kalangan keluarga besar. Neneng Hasanah Yasin, bupati sebelumnya, mengingatkan kita pada kasus lain: Rachmat Yasin, Bupati Bogor yang tersandung suap proyek Kota Satelit Jonggol pada 2014.
Rachmat dua kali menjabat, dan dua kali pula harus mendekam di penjara.
Neneng sendiri masih punya hubungan kekerabatan dengan keluarga Yasin. Dan menariknya, setelah Rachmat dicokok KPK, dinasti itu masih bergerak. Adik perempuan Rachmat, Ade Munawaroh Yasin, malah terpilih sebagai Bupati Bogor periode 2018-2023.
Tapi ia pun terjebak. Terlibat suap kepada auditor BPK Jabar pada April 2022 demi melaporkan keuangan yang ‘mulus’.
Korupsi sudah seperti tradisi yang turun-temurun. Seolah tak ada cara ampuh untuk mencegahnya. Mereka tak risih ditangkap tangan, tak malu dihadapkan di konpers KPK, tak sungkan diadili di depan publik. Tak ada rasa jera meski harus menghuni penjara bertahun-tahun. Dan empati terhadap kemiskinan warga? Jangan harap.
Lalu, cukupkah ancaman bui untuk menghentikan semua ini?
") jurnalis senior, anggota PWI
Artikel Terkait
Kekuasaan dan Bisnis: Ketika Pengusaha Berkuasa Lupa Diri
Becak Listrik Bantuan Presiden Menganggur di Gudang, Penerima Hanya Dicatut Namanya
Megawati Murka, Buzzer Masih Berulah di Tengah Duka Bencana
Margarito: Pembatasan 17 Lembaga Justru Lindungi Polri dari Tudingan Intervensi