Semua ini berawal dari sebuah podcast. Di sana, Tito sedang berbicara soal penanganan bencana.
Begitu kira-kira ucapannya. Niatnya mungkin mau menunjukkan ketangguhan fiskal Indonesia. Tapi caranya yang dianggap kurang pas. Bagi banyak yang mendengar, nada itu terkesan meremehkan, bahkan tidak menghargai niat baik yang diberikan.
Di sisi lain, video tanggapan dari eks Menlu Malaysia itu pun beredar luas. Isinya jelas: sebuah teguran diplomatik yang jarang kita dengar secara terbuka seperti ini.
Sementara itu, rekaman pernyataan asli Tito juga terus dibahas orang. Menurut sejumlah pengamat, persoalannya bukan pada angka, tapi pada rasa. Dalam hubungan bertetangga, gesture sekecil apapun punya makna yang dalam.
Artikel Terkait
Demokrasi di Ujung Tanduk: Kembalinya Siklus Korupsi Kepala Daerah
Sumatera Terkoyak, Status Bencana Nasional Masih Dipertanyakan
Megawati Geram: Sirine Damkar Ngoang-ngoeng, tapi Bantuan Lambat Tiba
Kekuasaan dan Bisnis: Ketika Pengusaha Berkuasa Lupa Diri