Penyerangan Warga Tiongkok ke TNI: Alarm Keras untuk Kedaulatan Kita
Insiden di Ketapang itu bukan cuma berita biasa. Bayangkan, sekelompok pekerja asing dari Tiongkok menyerang karyawan perusahaan dan lima prajurit TNI dari Batalyon Zeni Tempur-6. Mereka berani melukai aparat negara dengan senjata tajam, soft gun, dan benda keras. Padahal, prajurit kita saat itu tak bersenjata dan kalah jumlah, sampai harus menyelamatkan diri. Ini jelas bukan sekadar tawuran atau salah paham biasa di lapangan kerja.
Menurut Selamat Ginting, pengamat politik dan pertahanan dari Universitas Nasional (UNAS), kejadian ini harus jadi alarm serius. Sangat serius.
Ginting langsung menunjuk akar masalahnya. Faktanya, izin kerja para pelaku itu sudah habis masa berlakunya. Tapi mereka masih saja berkeliaran dan bekerja di sini. Itu pelanggaran hukum sejak awal.
Di sisi lain, yang bikin miris adalah bagaimana penyerangan itu terjadi. Prajurit kita, yang tugasnya menjaga, malah terpaksa mundur karena tak bersenjata dan dikeroyok. Ini bukan lagi soal pelanggaran imigrasi, tapi sudah seperti tantangan terbuka terhadap otoritas negara di tanahnya sendiri.
Ginting juga menyoroti celah besar dalam pengawasan tenaga kerja asing, khususnya di sektor pertambangan yang rawan.
Artikel Terkait
Mayjen TNI (Purn) Syamsu Djalal, Mantan Danpuspom ABRI, Tutup Usia
Teddy Wijaya Soroti Penanganan Bencana Sumatera: Dari Detik Pertama, Semua Sudah Bergerak
Dana Danantara: Antara Penangkal Penyakit Belanda dan Jerat Baru bagi Ekonomi Indonesia
KPK Amankan Jaksa Diduga Pemerang WN Korea dalam OTT Banten