"Menjaga jarak dari perayaan agama lain bukanlah bentuk kebencian,"
Itu adalah kejujuran iman. Islam mengajak kita untuk selalu berbuat baik pada siapa pun, menjaga tali silaturahmi, dan berlaku adil. Semua itu bisa dilakukan tanpa harus mencampuradukkan keyakinan. Intinya, menghormati itu tidak harus ikut merayakan. Dan toleransi sejati tidak menuntut kita untuk menghapus batas-batas aqidah sendiri.
Di tengah tekanan globalisasi yang mendorong kita untuk terus menyesuaikan diri, sikap yang paling dewasa justru adalah tetap tenang dan berpegang pada prinsip. Bukan dengan teriakan atau caci maki, tapi dengan kesadaran penuh. Iman itu ada garisnya, dan garis itu ada untuk dijaga. Umat yang kuat bukanlah yang paling pandai meniru, melainkan yang paham kapan harus berkata dengan lembut tapi pasti: ini bukan bagian dari keyakinanku.
Wallahu a'lam bishowab.
Selvi Sri Wahyuni, M.Pd
Artikel Terkait
Prabowo Beri Sinyal Tegas ke Kepala Daerah Papua: Kerja atau Copot
GMNI Pecat Kader karena Ujaran Rasis Terhadap Suku Sunda
Membedah Kesalahan: Mengkritik Penguasa Bukanlah Ghibah
Di Tengah Bencana, Jakarta Tegas Tolak Bantuan Asing, Aceh Berteriak Minta Tolong