Negara dalam Negara: Kisah Bandara Morowali dan Bayang-bayang Dwifungsi
Isu bandara "ilegal" di kawasan industri Morowali bukan lagi sekadar rumor. Ia telah membuka kembali perdebatan panas tentang sejauh mana kedaulatan negara kita benar-benar tegak. Fenomena ini, bagi banyak pengamat, adalah bukti nyata. Praktik "negara dalam negara" ternyata bukan isapan jembol belaka, melainkan persoalan konkret yang menganga dan butuh solusi.
Melalui kanal Indonesia Today, Mayjen TNI (Purn) Tri Tamtomo memberikan analisisnya yang cukup menohok. Ia membeberkan sebuah ironi yang menurutnya mengganggu. Di lapangan, purnawirawan tinggi justru berkecimpung di bisnis-bisnis yang bersinggungan dengan wilayah strategis. Sementara itu, di sisi lain, tak sedikit perwira aktif TNI dan Polri yang masih menduduki kursi jabatan sipil. Padahal, semangat reformasi seharusnya memisahkan ranah itu.
"Ironis. Pensiunan masuk ke dunia bisnis strategis, sementara tentara aktif justru masuk ke ranah sipil. Ini anomali serius dalam sistem ketatanegaraan kita,"
tegas Tri Tamtomo, Selasa lalu.
Baginya, bandara yang lepas dari kendali penuh otoritas negara itu adalah simbol. Simbol betapa lemahnya kontrol kita terhadap aset-aset vital. Lalu lintas orang dan barang bisa mengalir tanpa pengawasan ketat, sebuah situasi yang jelas membahayakan kedaulatan.
Artikel Terkait
Font Times New Roman Gantikan Calibri, Rubio Picu Perang Simbol di Birokrasi AS
Ruang Rapat Tertutup dan Misteri Dana Sosial yang Raib
Revitalisasi Terminal Malalayang Tak Ganggu Arus Mudik Nataru
Gus Ipul Serahkan Santunan dan Tinjau Dapur Umum untuk Korban Bencana Aceh