Minggu lalu, tepatnya tanggal 14 Desember 2025, suasana di perbatasan Aceh Tengah dan Bener Meriah sama sekali tidak biasa. Sejumlah warga yang menjadi korban bencana terpaksa menyeberangi Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan cara yang memicu degup jantung. Mereka melintas menggunakan sebuah jembatan tali darurat yang menghubungkan Desa Bergang di Kecamatan Ketol dengan Desa Simpang Rahmat di Gajah Putih.
Jembatan itu sendiri adalah bukti nyata dari semangat gotong royong. Dibangun seadanya, terlihat dari susunan bambu yang diikat kuat dengan tali dan kawat besi. Konstruksi sederhana itu setidaknya memberi pijakan dan pegangan bagi warga yang terpaksa menyeberang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun begitu, kondisi ini hanyalah solusi darurat untuk masalah yang jauh lebih besar. Menurut data yang dirilis pos Komando Tanggap Darurat Bencana Aceh, situasi sebenarnya masih sangat memprihatinkan. Tercatat, tidak kurang dari 1.464 jiwa dari tiga desa Bergang, Karang Ampar, dan Pantan Reduk di Kecamatan Ketol masih terisolasi hingga saat ini.
Penyebabnya adalah akses jalan dan jembatan utama yang putus total. Semua ini berawal dari bencana hidrometeorologi yang melanda wilayah itu pada Rabu, 26 November lalu. Bencana itu seperti memutus urat nadi penghubung mereka dengan dunia luar, meninggalkan ribuan orang dalam keadaan serba terbatas.
Artikel Terkait
Skrining DIY Ungkap Potensi Depresi dan Kecemasan pada Ribuan Warga
Tim Hukum Roy Suryo Tuntut Ijazah Asli Jokowi Dihadirkan di Persidangan
Ribuan Sekolah Porak-Poranda, Ratusan Ribu Siswa Terkatung Pasca Banjir Sumatera
Bisnis Thrifting Ilegal Terungkap, Aset Rp 22 Miliar Disita Bareskrim