Diet Tanpa Nasi: Benarkah Jalan Pintas Menuju Sehat?

- Senin, 15 Desember 2025 | 08:00 WIB
Diet Tanpa Nasi: Benarkah Jalan Pintas Menuju Sehat?

Fenomena Diet Tidak Makan Nasi

Oleh: dr. Raehanul Bahraen

Di kolom komentar, sering banget kita baca pernyataan seperti ini: “Alhamdulillah saya sudah sekian bulan gak makan nasi, badan tambah sehat.” Lumrahnya, diet ini nggak cuma menghilangkan nasi, tapi juga sumber karbohidrat lain seperti tepung dan gula.

Nah, gimana tanggapannya? Sejujurnya, silakan saja. Itu kan tubuh Anda, hak prerogatif Anda sepenuhnya. Tapi kalau saya pribadi, saya lebih memilih mengikuti anjuran ahli gizi dan program resmi Kemenkes lewat ‘Isi Piringku’. Di sana jelas, sepertiga piring itu untuk nasi dan sejenisnya. Tubuh kita butuh karbohidrat, dan orang Indonesia ya udah terbiasa makan nasi sejak dulu kala.

Testimoni pribadi, bagi saya, bukanlah bukti ilmiah. Saya juga punya testimoni nih.

Intinya, sehat itu nggak cuma soal apa yang masuk ke mulut. Olahraga, banyak gerak, plus kesehatan mental dan hati, itu sama pentingnya. Makanya, menurut saya, menghindari nasi dan karbohidrat total itu termasuk diet ekstrem. Maaf ya, ini cuma pendapat pribadi. Mau ikut? Silakan. Nggak mau? Ya juga silakan.

Saya juga pernah ketemu beberapa orang yang menjalani diet tanpa nasi atau karbohidrat dalam waktu lama. Mereka juga menghindari gula dan tepung.

Ini kemungkinan terjadi karena diet ekstrem dijadikan pola makan seumur hidup. Sekali lagi, diet itu urusan duniawi. Selama nggak melanggar syariat dan nggak membahayakan, ya silakan pilih yang mana saja.

Saya sendiri tetap berpegang pada saran Kemenkes: gula, garam, minyak (termasuk gorengan) masih boleh dikonsumsi, asal jangan berlebihan. Kemenkes bahkan sudah mengeluarkan patokan jumlahnya. Kuncinya adalah menyeimbangkannya dengan banyak bergerak, olahraga rutin, dan menjaga pikiran dari stres. Jujur saja, saya pribadi nggak sanggup menjalani diet yang terlalu menyiksa dan nggak nyaman.


Halaman:

Komentar