36 Jam Terjebak Banjir Aceh: Ketika Solidaritas Warga Mengisi Ruang Kosong Negara

- Minggu, 14 Desember 2025 | 17:36 WIB
36 Jam Terjebak Banjir Aceh: Ketika Solidaritas Warga Mengisi Ruang Kosong Negara

Perjalanan yang Ditentukan Langit

Awalnya, semua sudah kami atur dengan rapi. Akhir November 2025 itu, saya bersama pengurus pusat PMI bersiap membuka Musyawarah Provinsi di Takengon, Aceh Tengah. Rencana matang, tapi ternyata skenario terbaik hanyalah milik kita. Takdir, itu urusannya Yang Maha Kuasa.

Baru saja mendarat di Banda Aceh, alam sudah menunjukkan wajahnya. Langit gelap gulita, seolah tak ada habisnya menuangkan air. Perjalanan kami pun terpaksa berhenti. Banjir di mana-mana, pohon-pohon tumbang menutupi jalan, disusul retakan aspal dan tanah longsor. Situasinya benar-benar di luar perkiraan.

Namun begitu, acara tetap berjalan. Justru perjalanan pulangnyalah yang jadi ujian sesungguhnya. Dalam perjalanan kembali dari Takengon menuju Banda Aceh, kami terperangkap di Bireuen. Tak cuma sehari, tapi hampir 36 jam lamanya. Bayangkan: listrik padam, sinyal telepon hilang sama sekali. Yang terdengar hanya derasnya hujan dan suara air yang kian lama kian meninggi.


Halaman:

Komentar