Antusiasme penonton terlihat nyata. Mereka dari berbagai usia memadati area, ikut bergerak, dan menikmati setiap sajian. Menurut Uray, inilah inti dari semuanya.
"Ini bukan cuma konser, tapi perayaan komunitas. Energi yang diberikan 14 band lokal tadi benar-benar luar biasa. Membuktikan musik keras punya tempatnya sendiri di Pontianak," jelasnya penuh semangat.
Memang, scene musik ekstrem di sini punya karakter kuat: DIY atau Do-It-Yourself. Komunitaslah yang bergerak mandiri, bekerja sama, untuk menghidupkan acara-acara semacam ini. Hardcore Fest adalah salah satu buahnya.
Gelaran yang ditutup menjelang tengah malam itu meninggalkan kesan mendalam. Panitia berjanji inisiatif serupa akan terus digalakkan. Tujuannya agar roda pergerakan musik ekstrem di Kalbar, khususnya Pontianak, tetap berputar dan makin dikenal luas. Semangatnya jelas: jangan biarkan distorsi itu padam.
Penulis: Ade Mirza
Artikel Terkait
Tim KPK Usut Dugaan Korupsi Kuota Haji, Periksa Lokasi di Mina
Di Balik Gerobak Bakso Pangandaran: Kisah Nelayan yang Bertahan di Tepian
Bupati Lampung Tengah Tersandung Suap Rp5,7 Miliar untuk Bayar Utang Kampanye
Suharti Buka Suara: Data Pendidikan Masih Banyak PR Meski 71,9% Dinilai Baik