Pada Selasa siang itu, ponsel ibu Ningsih bergetar. Tepat pukul 12.22 WIB, sebuah pesan WhatsApp masuk. Isinya singkat, tapi membuat hati siapa pun yang membacanya langsung ciut: "Ibu, Mbak kejebak kebakaran."
Itulah pesan terakhir Ningsih (24). Gadis itu kemudian tercatat sebagai satu dari 22 korban tewas dalam kebakaran hebat yang melalap Gedung Terra Drone di Jakarta Pusat.
Wahyu Raharjo, ayah Ningsih, turut membaca pesan singkat itu. Jantungnya langsung berdebar kencang. Tanpa buang waktu, dia berusaha menelepon putrinya. Tak ada jawaban. Dering ponsel hanya terdengar hampa, berulang-ulang.
Wahyu mengisahkan kejadian itu di kediamannya di Pancoran Mas, Depok, pada Rabu (10/12). Suaranya berat. Panik yang dirasakannya saat itu masih terasa jelas.
Ningsih sudah dua tahun mengabdikan diri di gedung itu. Setelah upaya menghubungi gagal, Wahyu menyalakan televisi. Dan di sana, berita tentang kebakaran gedung kantor pun muncul. Dadanya sesak.
Artikel Terkait
Pernikahan Beda Agama di Indonesia: Saat Cinta Harus Tunduk pada Aturan
Pekan Kedua, Aceh Tamiang Masih Terjepit di Reruntuhan dan Debu
Pernikahan Beda Agama Berakhir di PN, Ini Alasan Hukumnya
Campur Sari Pernikahan Beda Agama, Berakhir di PN dalam Setahun