Lalu, ke mana larinya uang klien yang mencapai ratusan juta itu?
Ayu Puspita mengaku terang-terangan. Uang itu dipakai untuk kepentingan pribadi, termasuk membeli rumah dan jalan-jalan ke luar negeri. Di hadapan awak media, dia berjanji akan mengembalikan uang tersebut setelah rumahnya terjual.
Model bisnisnya pun amburadul. Sistemnya seperti skema Ponzi: uang dari klien baru dipakai untuk nutupi kekurangan pesanan klien lama. “Makanya itu kemarin benar-benar yang waktu bermasalah, yang masalah katering itu, itu memang baru sekali... Sebelumnya, kami tidak pernah untuk kekurangan katering, malah lebih,” imbuhnya mencoba membela diri.
Di sisi lain, para korban harus menelan pil pahit. Samuel, salah satunya, bercerita pernikahannya di Gedung Pelindo, Jakarta Utara, pada 6 Desember 2025, berantakan total. Katering yang sudah dibayar Rp82 juta tak kunjung datang. Tamu-tamu kecewa dan pulang lebih cepat, memaksa keluarga memesan makanan online dadakan.
Korban lain bahkan ada yang kehilangan Rp100 juta, uang yang ditabung bertahun-tahun untuk pesta pernikahan anaknya. Emosi pun meledak.
Kini, kasus ini berada di tangan penyidik. Sementara ratusan juta uang calon pengantin raib, yang tertinggal hanya janji pengembalian dan saldo rekening yang tak seberapa.
Artikel Terkait
Pernikahan Beda Agama Berakhir di PN: Ketika Cinta Tak Bisa Dihadirkan di Catatan Sipil
Pernikahan Beda Agama di Awal 2025, Berakhir di Ruang Sidang di Akhir Tahun
Campur Sari Pernikahan Beda Agama Berakhir di Meja Hijau
Jimly Berharap Hakim Gunakan Hati Nurani dalam Sidang Kasus Unggahan Medsos Laras