Jadi, dalam kacamata Islam, apa yang dilakukan oligarki ini berizin atau tidak adalah maksiat. Hakikatnya, mereka merampas hak publik. Hutan, air, sumber energi; semuanya adalah kepemilikan umum yang haram dikuasai segelintir orang atau perusahaan.
Faktanya hari ini, hutan Sumatera justru dikuasai swasta. Nama-nama besar bermunculan: Astra Group, Salim Group, Bakrie, Royal Golden Eagle, Wilmar, Sinarmas, dan lain-lain. Mereka pemain utama sawit, yang lahannya berasal dari konversi hutan. Mereka mengubah hutan menjadi kebun sawit.
Legitimasi mereka? Undang-undang dalam sistem kapitalisme. Sistem inilah biang keroknya. Sistem yang mengizinkan penguasaan sumber daya publik oleh segelintir orang, dan pada akhirnya mendatangkan bencana seperti banjir ini.
Baru-baru ini, Prabowo Subianto menyerahkan 950 ribu hektar lahan untuk konservasi gajah. Tapi, sejatinya apa yang dia serahkan? Dalam syariah, lahan hutan itu ya sudah milik publik. Justru yang perlu dipertanyakan adalah jutaan hektar lain yang masih dicengkeram oligarki. Itu baru haram.
Jadi, kalau ingin bencana seperti ini berakhir, solusi tempelan tidak akan cukup. Masalahnya harus dituntaskan sampai ke akar. Akarnya adalah sistem sekuler kapitalisme yang harus diganti dengan sistem Islam.
Tapi ingat, syariat Islam tidak bisa ditegakkan oleh DKM masjid, ormas, atau MUI. Juga tidak bisa ditegakkan dalam sistem republik atau kerajaan biasa.
Sejarah sudah memberikan contoh. Sejak Nabi hingga para sahabat, syariah hanya bisa tegak dalam sistem Khilafah. Hanya Khilafah yang bisa mengelola hutan sesuai syariat, demi kemaslahatan semua orang dan menjauhkan kita dari bencana.
Ketika bencana datang, yang kita butuhkan adalah solusi tuntas. Bukan aksi gimmick seperti memanggul beras seperti yang dilakukan Zulkifli Hasan. Zulkifli bukan Khalifah Umar bin Khattab. Sistem yang dia jalani pun bukan Khilafah yang mengharamkan konsesi hutan untuk oligarki.
Membicarakan Khilafah, sudah saatnya HTI bersuara lantang lagi. Jangan lagi bergumul di balik selimut. Waktunya telah tiba untuk tampil terbuka, memimpin umat, menyelamatkan negeri ini bahkan dunia dengan syariah dan Khilafah.
Setelah semua kerusakan ini, tak ada alasan lagi untuk mempersoalkan Khilafah. Biang kehancuran negeri ini sudah jelas: sistem kapitalisme sekuler, warisan penjajah. [].
Artikel Terkait
Wali Kota Palembang Imbau Warga Bantaran Sungai Musi Siaga Banjir
Tragedi di Lapangan SDN Kalibaru: Blindvan Program Makanan Siswa Tabrak Kerumunan
Trump Klaim Bisa Hentikan Baku Tembak, Padahal Gencatan Senjata Sudah Tandatangani
Tragedi di Lapangan Sekolah: Mobil Minibus Terparkir Tiba-tiba Melaju, Siswa SD Terlindas