Keempat, bakal ada penggalangan dan pengiriman bantuan mendesak. Makanan, pakaian, alat penjernih air, hingga tenaga kesehatan akan dikirim melalui kampus-kampus di zona bencana.
Kelima, aspek psikologis tak dilupakan. Akan dibentuk tim psikososial untuk dosen, mahasiswa, dan masyarakat. Tim ini akan berkolaborasi dengan psikolog, pengurus BEM, dan relawan terlatih lainnya.
Keenam, bantuan fasilitas pembelajaran akan diberikan agar proses belajar bisa pulih.
Terakhir, pemulihan infrastruktur pembelajaran dan sosial akan dilakukan melalui program-program pengabdian masyarakat yang berdampak.
Sebelum program tujuh poin itu, sebenarnya bantuan tunai langsung sudah lebih dulu disiapkan. Besarannya berbeda antara mahasiswa dan dosen.
Fauzan menjelaskan rinciannya. "Untuk mahasiswa, bantuannya Rp 1,25 juta per bulan, atau Rp 3,75 juta untuk tiga bulan. Total anggarannya Rp 59,375 miliar, mencakup 15.833 mahasiswa," katanya.
Sementara itu, untuk 554 dosen yang terdampak dan sudah terdata, bantuan yang disiapkan lebih besar. Mereka akan menerima Rp 4,5 juta per bulan, atau Rp 9 juta untuk dua bulan. Total anggaran untuk bantuan dosen ini mencapai hampir Rp 5 miliar.
Langkah-langkah ini tampaknya ingin menjangkau berbagai sisi kehidupan korban. Mulai dari urusan perut, biaya kuliah, sampai kesehatan mental. Tentu, implementasi di lapangan yang akan membuktikan keefektifannya.
Artikel Terkait
Billie Eilish Berhadapan dengan Miliarder AS, Tegaskan Dukungan untuk Palestina Tak Bisa Ditawar
Sjafrie Siap Berantas Pengkhianat di Balik Tambang Indonesia
UIKA Championship 2025 Sukses Digelar, Siap Naik Kelas Jadi Ajang Internasional
Cak Imin: Banjir Sumatera Alarm Keras Kelalaian Kita pada Alam