Rakyat yang Jadi Korban dan Dikorbankan: Lantas, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?
Lewat sebuah artikel yang cukup menyentak, Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih, mengeluarkan kritik pedas. Ia bahkan mengutip sindiran tajam dari seorang Etnolog Belanda, Profesor Veth, yang pernah menggambarkan rakyat di sini bagai "rakyat kambing". Semangat harimau mereka, kata Veth, sudah jinak sampai ke tulang sumsumnya semua itu akibat obat tidur penjajahan yang bekerja lama.
Menurut Sutoyo, banjir bandang yang melanda negeri ini bukan sekadar musibah alam biasa. Ada kemiripan yang mencolok dengan apa yang disebutnya sebagai "kebodohan penguasa".
Argumennya keras. Ia melihat upaya merawat kebodohan itu berjalan sangat sistematis. Ruang publik, misalnya, sengaja dijejali dengan kebisingan yang tak penting: gosip selebriti, canda-canda receh, stiker media sosial, dan informasi yang cuma jadi mainan. Di tengah hiruk-pikuk itu, rakyat justru disibukkan dengan urusan darurat, seperti mencari jalan keluar dan membantu korban banjir yang mengerikan.
Di sisi lain, masyarakat seolah digiring ke dalam debat kusir yang tak berujung. Coba perhatikan percakapan di media sosial sehari-hari banyak yang isinya cuma omong kosong. Topik-topik substansial, seperti kerusakan hutan dan solusi konkretnya, justru sengaja dijauhkan dari pembicaraan.
Artikel Terkait
Serangan Drone di TK dan RS Sudan, Puluhan Anak Jadi Korban
Arus Mendadak di Grojogan Sewu Tewaskan Wisatawan
Mualem Desak Pemerintah Tindak Tegas Pedagang, Harga Telur Tembus Rp100 Ribu
Kedai Kopi Pontianak Gelar Aksi Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatra