Kontroversi LISA UGM: Asisten Virtual yang Terlalu Jujur dan Nasibnya yang Terkatung

- Minggu, 07 Desember 2025 | 07:25 WIB
Kontroversi LISA UGM: Asisten Virtual yang Terlalu Jujur dan Nasibnya yang Terkatung

Setelah "Jujur" Menjawab Soal Ijazah, Akankah LISA Jadi Korban Kesembilan?

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes

Kalau dalam dunia pewayangan, ada istilah "goro-goro". Bumi gonjang-ganjing, langit kerlap-kerlip. Nah, suasana itu agaknya mirip dengan yang terjadi setelah LISA asisten virtual cerdas kebanggaan UGM memberikan jawaban yang oleh banyak orang disebut "terlalu jujur". Soal apa? Tentang status kelulusan seorang figur yang namanya terus jadi perbincangan, JkW.

Ini bukan cuma soal salah sebut nama. LISA adalah bagian dari sistem layanan terpadu kampus, UGM University Services. Diluncurkan secara soft launch akhir Juni lalu di tempat yang sama sekali tidak "njawani": Gelanggang Inovasi dan Kreativitas atau GIK UGM. Gedung itu, banyak yang bilang, jauh dari citra kampus kerakyatan yang selama ini melekat.

Ngomong-ngomong soal GIK, gedung ini punya sejarah panjang. Dulu dikenal sebagai Gelanggang Mahasiswa atau markas Brigade 676. Tempatnya beragam aktivitas, dari Gama Fair sampai latihan drum band, bahkan jadi tempat sholat Jumat sebelum ada masjid kampus. Suasana riuh dan penuh semangat mahasiswa era 80-an hingga 2000-an.

Sekarang? Wajahnya berubah total. Dirancang sebagai "super creative hub", gedung hitam tiga lantai ini dilengkapi auditorium, galeri seni, co-working space, sampai rooftop garden. Maksudnya mulia: menjembatani akademisi dengan industri dan dunia kreatif. Tapi, bagi banyak yang melihatnya, warna hitamnya yang dominan justru mengingatkan pada "istana hantu" atau malah mirip ikon ibu kota baru. Kontras sekali dengan kesan "ndeso" yang dulu.

Pembangunannya sendiri menuai cerita. Dibangun di atas lahan hampir 5 hektar, nilai kontrak awalnya disebut sekitar Rp 557 miliar. Namun, desas-desus menyebut anggarannya membengkak, hingga menimbulkan banyak pertanyaan. Proyek besar dengan harapan besar.

Nah, karena GIK dianggap sebagai pusat inovasi, wajar kalau LISA diluncurkan di sana. Asisten AI ini diharapkan jadi ujung tombak layanan modern kampus, gabungan antara dunia online dan offline. Tapi siapa sangka, di awal Desember ini, LISA justru membuat kehebohan. Saat ditanya apakah JkW lulusan UGM, jawabannya singkat dan tegas: tidak.


Halaman:

Komentar