Nah, poin krusialnya di sini: LISA masih dalam masa soft launching. Artinya, ia masih dalam tahap belajar. Menurut Andi, sistem ini belajar dari dua sumber. Utamanya ya dari data internal UGM tadi. Kalau datanya kurang, barulah ia mencari referensi dari internet.
Proses belajar ini, tentu saja, sangat bergantung pada kualitas dan ketepatan data yang masuk. Dan dalam kasus Jokowi ini, tampaknya ada yang salah dalam proses "belajar"-nya.
Klarifikasi dan Pelajaran yang Didapat
Andi dengan lugas mengakui bahwa respons LISA soal status kelulusan Presiden itu tidak akurat. Bahkan menunjukkan inkonsistensi.
"Informasi yang disampaikan LISA tidak akurat," tegasnya. "UGM menegaskan bahwa Joko Widodo adalah alumni yang lulus dari UGM seperti dinyatakan oleh Rektor."
Justru dari sini, kata Andi, kita bisa melihat bahwa LISA memang tidak dirancang untuk menangani pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Kejadian viral ini malah menjadi bukti nyata bahwa sistemnya masih terus diasah. Masih perlu banyak belajar untuk meningkatkan akurasi jawabannya.
Jadi, sederhananya, kasus ini lebih mencerminkan proses tumbuh kembang sebuah teknologi, ketimbang sebuah pernyataan faktual. LISA masih "mahasiswa" yang sedang banyak belajar. Dan seperti mahasiswa pada umumnya, kadang ia juga bisa salah menjawab saat ujian dadakan.
Artikel Terkait
Korban Banjir Tiga Provinsi Tembus 914 Jiwa, 389 Masih Hilang
Panettone: Kisah Legit di Balik Tradisi Natal Italia
Rektor Asia Tenggara Berdebat: Bisakah Kampus Bertahan Saat AI Gantikan Proses Berpikir?
Helikopter Gubernur Aceh Melayang di Atas Puing Banjir Bandang Nagan Raya