Akun @bumbelbi1999 menulis dengan nada kesal, "Orang ini selalu berusaha memanfaatkan situasi untuk kampanye dirinya sendiri. Situasi apapun, bahkan musibahpun."
Dalam cuitan panjangnya, netizen itu melanjutkan, "Demi pencitraan, daerah yang dipimpinnya lagi kena musibah banjir pun malah ditinggal. Kalo yg dilakukan tulus, pasti dia pilih urusin daerah sendiri. Lihat si oportunis ini."
Kritik itu sepertinya merujuk pada agenda Gubernur yang sedang berada di luar daerah saat kejadian. Namun begitu, belum ada konfirmasi resmi maupun klarifikasi dari pihak terkait mengenai keberadaan dan aktivitas sang Gubernur saat banjir melanda.
Di sisi lain, ada juga netizen yang membela. Seperti akun @akhmadsm_181120 yang mengingatkan, "Awas diserang grassroot Mulyadi mereka solid kl membela Mulyadi. Bg mereka Mulyadi udh kyk nabi dan mesiah plus representasi kaum rakyat bawah yg sukses jadi pemimpin dan titisan Siliwangi."
Polemik di media sosial ini menunjukkan bagaimana bencana alam tak hanya soal penanganan teknis, tapi juga cepat berubah menjadi ujian politik dan pencitraan bagi para pemangku jabatan. Sementara warga berusaha menyelamatkan barang-barang mereka dari genangan, perdebatan tentang kepemimpinan dan kesungguhan justru mengisi linimasa.
Artikel Terkait
Boy Thohir Pacu Bantuan Logistik 10.000 Paket untuk Korban Bencana Sumatera
Malam Jumat di Atap: Saat Air Hampir Menelan Kampung yang Tak Pernah Banjir
Lumpur dan Kayu Tumbang, Akses ke Desa Tanjung Karang Masih Terkubur
Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Halmahera Barat, BMKG Pastikan Tak Ada Tsunami