Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, nomor 6496. Ringkas, tapi isinya mengguncang.
Di sisi lain, kita sering melihat fenomena ini terjadi di sekitar. Ambil contoh di media sosial, ada cuitan yang nyelip menanggapi suatu peristiwa. Kurang lebih begini bunyinya:
Cuitan itu, meski singkat, seolah menjadi gema modern dari sabda Nabi ribuan tahun lalu. Sebuah keluhan yang muncul karena melihat realita yang tak sejalan dengan prinsip keahlian.
Memang, melihat orang yang salah di posisi yang salah itu bikin frustasi. Rasanya kayak nyuruh montir bengkel untuk operasi jantung. Atau meminta seorang koki mengurus pesawat terbang. Hasilnya? Bisa ditebak. Kacau.
Nah, hadits ini bukan cuma soal kepemimpinan tingkat menteri atau presiden. Ia berlaku di semua lini. Di kantor, di komunitas, bahkan di rumah tangga. Intinya sama: penempatan yang keliru adalah benih kerusakan.
Jadi, pesannya jelas. Sebelum menyerahkan tanggung jawab, lihat dulu siapa yang menerima. Apakah dia ahlinya? Atau cuma sekadar orang yang kebetulan ada? Pilihannya menentukan nasib kita semua nantinya.
Artikel Terkait
Gunungan Cangkang Kerang di Kalibaru: Janji Penanganan dan Bau yang Tak Kunjung Sirna
Pesta Miras Berujung Pengeroyokan dan Perampasan Motor di Surabaya
Malang Tergenang, Satu Rumah Tenggelam Hampir Dua Meter
Banjir Thailand Tewaskan 170 Jiwa, PM Anutin Akui Negara Gagal Tangani Krisis