Di sisi lain, TPL sendiri kerap membantah berbagai spekulasi yang beredar. Perusahaan ini berulang kali menampik keterkaitannya dengan kelompok bisnis Royal Golden Eagle (RGE Group) atau dengan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Dua nama itu memang sering muncul dalam perbincangan soal jaringan bisnis sumber daya alam.
Namun begitu, viralnya unggahan dari keluarga pejabat tinggi ini membuat sorotan publik kembali tajam. Isu degradasi hutan akibat industri pulp tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Dugaan bahwa deforestasi memperburuk bencana banjir semakin menguatkan tuntutan agar pemerintah bertindak tegas. Pengawasan harus diperketat, regulasi lingkungan ditegakkan, dan keberlanjutan pengelolaan hutan harus jadi prioritas utama.
Diskusi tentang peran perusahaan seperti TPL masih akan terus berlangsung. Apalagi, kawasan Danau Toba adalah salah satu prioritas konservasi nasional. Di tengah krisis iklim global seperti sekarang, tuntutan untuk transparan dan akuntabel dalam mengelola sumber daya alam bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Jadi, begitulah. Satu unggahan di media sosial, mampu membuka kembali luka lama dan menyeret sejarah kelam sebuah perusahaan ke dalam sorotan tajam masyarakat. Masalahnya tetap sama, hanya saja pemain dan latarnya yang terus berganti.
Artikel Terkait
Bocah Sambas Pulang Bermain, Badan Penuh Lumpur tapi Senyum Tak Pudar
Kisah Malam Nahas Dosen Semarang: Polisi di TKP Tidur Saat Korban Tersengal
BPK Gelar Pemeriksaan Interim, Kemenkum Kalbar Siap Perbaiki Laporan Keuangan
Lansia di Sekadau Tewas Terlilit Pukat di Bawah Perahunya Sendiri