"Hari ini kita baru bisa daratkan bantuan dari salah satu kapal perang yang kami daratkan di laut. Dan barangnya kita jemput menggunakan boat nelayan," jelas Iskandar.
Alasannya sederhana tapi menyiratkan kesulitan: Aceh Timur tidak memiliki pelabuhan yang bisa disandari kapal perang.
Di sisi lain, situasi di beberapa wilayah masih sangat suram. Tiga kecamatan dan sejumlah desa masih terisolasi. Di Desa Sahraja dan Sijudo, Kecamatan Pante Bidari, ada lima titik pengungsian. Tiga titik berhasil diakses, salah satunya di SMPN 1 Sijudo.
Namun, dua titik lainnya masih gelap. Ratusan warga dilaporkan tak bisa dikontak sama sekali.
"Posisinya kita tidak bisa lacak. Sebab akses kedua titik ini dipenuhi lumpur setinggi leher orang dewasa, panjang lumpurnya sejauh 8 km," kata Iskandar menggambarkan situasi yang hampir mustahil.
Akses darat? Tidak mungkin. Lewat hutan? Tidak bisa. Melalui sungai? Jalan itu pun tertutup. Sebuah gambaran yang jelas tentang betapa beratnya medan yang harus dihadapi tim penyelamat dan relawan di sana.
Artikel Terkait
Poligami Legal Dihujat, Perselingkuhan Malah Dimaklumi: Gus Wahab Soroti Ironi Sosial
Lumpur Setinggi Leher, 20 Pemuda Merambah Hutan untuk Selamatkan Warga Terisolasi
Gus Yahya Tolak Rapat Pleno PBNU: Batal Demi Hukum
Monas Kembali Dihangatkan, Setengah Juta Massa 212 Serukan Persatuan