Prabowo dan Dilema Warisan: Antara Kedaulatan dan Utang Politik

- Selasa, 02 Desember 2025 | 06:50 WIB
Prabowo dan Dilema Warisan: Antara Kedaulatan dan Utang Politik

Tapi yang bikin heran, tidak ada tindak lanjut tegas dari Prabowo. Kalau presiden tak bergerak memperbaiki kedaulatan atas infrastruktur udara, lalu apa arti slogan “Indonesia Berdaulat” yang kerap digaungkan? Ketidakberanian ini memunculkan tanya: sampai kapan kedaulatan dibiarkan jadi wilayah abu-abu?

Banjir Sumatra: Oligarki Menang, Rakyat Tenggelam

Banjir yang melanda banyak wilayah Sumatra bukan sekadar musibah alam belaka. Para ahli lingkungan bersikeras, akar masalahnya struktural: kerusakan hulu sungai, konsesi perkebunan besar, dan izin-izin longgar yang sering dikaitkan dengan jejaring politik tertentu.

Hutan dibabat. Satwa terusir. Rakyat kehilangan rumah berulang kali.

Namun, pola kebijakan lama tetap dipertahankan. Banjir seolah hanya “kejadian musiman”. Padahal, yang musiman mungkin bukan airnya tapi keberanian politik untuk mengubah keadaan.

IKN: Kota Masa Depan, Luka Masa Kini

IKN digadang-gadang sebagai simbol transformasi. Sayangnya, di balik kemegahan itu, masyarakat adat Suku Balik, Paser, dan lainnya justru merasakan tekanan hebat. Tanah ulayat berubah status. Situs budaya tergusur. Ruang hidup mereka menyempit oleh proyek raksasa yang tak memberi panggung setara untuk suara mereka.

Ini proyek yang sangat butuh koreksi moral. Tapi Prabowo memilih meneruskan pola lama: cepat dan agresif, tanpa jeda untuk merenung. Sampai kapan masyarakat adat harus menanggung beban pembangunan yang bukan keinginan mereka? Sampai kapan luka ini dibiarkan melebar?

Di Persimpangan Sejarah

Prabowo sekarang ada di titik penentu. Sejarah nanti akan menilai: apakah ia seorang pemimpin, atau cuma pewaris.

Pemimpin sejati berani memperbaiki kesalahan, sekalipun itu dibuat oleh orang yang pernah membantunya. Sementara pewaris hanya menjaga kursi tetap hangat, biarpun rakyat di luar kedinginan.

Kalau ia tetap bertahan dalam lingkar ketakutan dan utang budi, maka capainya bukanlah kepemimpinan besar. Ia akan dicatat sebagai presiden yang tak sanggup mengoreksi rezim sebelumnya.

Prabowo, Sampai Kapan?

Sampai kapan kebijakan yang merugikan rakyat akan terus dilindungi? Sampai kapan proyek yang menggadaikan kedaulatan ekonomi dan tanah adat dipertahankan?

Sampai kapan engkau diam menyaksikan oligarki merampas hutan, nikel, bandara, dan masa depan bangsa?

Rakyat sudah menunggu terlalu lama. Saatnya engkau menjawab bukan dengan kata-kata, tapi dengan tindakan nyata.

Surabaya, 2 Desember 2025

Tentang Penulis:
M. Isa Ansori, Penulis dan Akademisi. Wakil Ketua ICMI Jatim dan Dewan Pakar LHKP PD Muhammadiyah Surabaya.


Halaman:

Komentar