Gubernur Bali Wayan Koster mengakui, kritik memang datang bertubi-tubi setelah ia memutuskan menghentikan pembangunan lift kaca di tebing ikonik Pantai Kelingking, Nusa Penida. Ia tak menyebut nama-nama pengkritiknya secara spesifik. Namun begitu, nada bicaranya di rapat DPRD Bali Senin lalu cukup tegas menanggapi anggapan yang beredar.
“Ada isu di Nusa Penida nggak boleh maju, di tempat lain boleh maju,” ujarnya. Koster dengan lugas membantah narasi itu. Baginya, ini bukan soal menghambat kemajuan. “Ini bukan soal begitu, kita paham Nusa Penida adalah berliannya Bali, berliannya Indonesia. Harus kita tata dengan sangat baik.”
Di sisi lain, Koster mengaku sudah berkoordinasi erat dengan Pemkab Klungkung. Tujuannya satu: menata kawasan Nusa Penida agar pembangunannya punya arah yang jelas. Tidak semua jenis wisata cocok diterapkan di sana. Karakteristik khusus pulau itu, menurutnya, harus jadi pertimbangan utama. “Mana yang boleh, mana yang tidak boleh dan jenis apa yang cocok di wilayah itu. Tidak semua cocok di tempat lain, cocok juga di Nusa Penida,” tegasnya.
Meski proyek senilai Rp 200 miliar itu sudah 70% pengerjaannya, Koster bersikukuh untuk tidak melanjutkan. Alasannya sederhana: izin tidak ada dan aturan dilanggar. Padahal, desakan untuk melanjutkan ternyata juga datang dari warga setempat, yang tergabung dalam Forum Paiketan Sejebag Bendesa Adat se-Nusa Penida.
Perwakilan forum, Jro Ketut Gunaksa, menyatakan mereka tetap akan berupaya audiensi. Harapannya, ada jalan tengah.
Artikel Terkait
Prabowo Sambangi Korban Bencana, Janji Pemerintah Tak Tinggalkan Warga
Casatopup Jadi Andalan Top Up Diamond Magic Chess Go Go, Ini Keunggulannya
Pahlawan Berjas Hujan: Antara Panggung Bencana dan Solusi Nyata
Banjir Belum Surut, Bupati Puji Prabowo di Tengah Reruntuhan