Ini sektor hulu, fondasi dari industri tekstil nasional. Kalau fondasinya sudah keropos, hilirnya tinggal menunggu waktu untuk ikut runtuh. Penyebabnya pun sebenarnya klise: gempuran impor produk murah yang tak terkendali, pasar lokal yang lesu, dan kapasitas produksi pabrik yang terjun bebas hingga di bawah 50%. Beberapa bahkan cuma beroperasi on-off, seperti lampu darurat.
Farhan dari APSyFI menggambarkannya dengan gamblang. Katanya, lima mesin polimerisasi sudah berhenti total. Kalimat ini mungkin terdengar teknis. Tapi dalam bahasa industri, artinya jelas: "Rumah sudah kami jual, kami cuma numpang tinggal sementara."
Ironisnya, asosiasi sudah berkali-kali meminta pemerintah transparan. Mereka minta daftar penerima kuota impor terbesar dibuka ke publik. Seharusnya sih gampang. Semua data impor kan tercatat rapi di sistem bea cukai. Tapi kalau negara sendiri terlihat tak tahu atau tak mau tahu siapa aktor besar di balik impor ini, mana mungkin investor serius akan percaya?
Jadi, investor macam apa yang masih mau masuk? Kemungkinan besar hanya mereka yang cari rente cepat, yang melihat lahan sebagai mainan spekulasi, atau yang tak peduli dengan etika dan kelestarian lingkungan.
Investor yang butuh kepastian hukum dan industri berkelanjutan? Mereka sudah angkat kaki dari sini sejak lama.
Lalu, apa sebenarnya arti "relokasi puluhan triliun" yang digembar-gemborkan itu?
Jawabannya mungkin pahit. Itu cuma kalimat penenang, sebuah alat promosi untuk meredam kecemasan publik ketika angka PHK sudah tak lagi bisa disembunyikan.
Relokasi industri bukan soal keinginan atau janji politik. Ini soal hal-hal yang sangat konkret: listrik yang stabil, regulasi yang bisa diprediksi, birokrasi yang tak berbelit, dan pasar domestik yang masih bernyawa. Sayangnya, semua itu masih jadi mimpi.
Yang kita saksikan hari-hari ini hanyalah konferensi pers yang berulang, disebarkan oleh para influencer dengan bingkai optimisme yang dipaksakan. Itu saja.
(")
Artikel Terkait
Casatopup Jadi Andalan Top Up Diamond Magic Chess Go Go, Ini Keunggulannya
Pahlawan Berjas Hujan: Antara Panggung Bencana dan Solusi Nyata
Siklon Senyar Picu Hujan Sebulan dalam Sehari, DPR Pertanyakan Kesiapan Teknologi
Roy Suryo Bongkar Ciri Ijazah UGM 1985, Soroti Perbedaan Mencolok dengan Dokumen Jokowi