Kajian Remaja Bandung Ungkap Kekosongan di Balik Gaya Hidup Kekinian

- Senin, 24 November 2025 | 21:25 WIB
Kajian Remaja Bandung Ungkap Kekosongan di Balik Gaya Hidup Kekinian

QS. Al-‘Alaq ayat 1–2 mengajarkan kita untuk "membaca" dengan nama Allah. Membaca di sini bukan cuma terbatas pada tulisan, tapi juga mencakup ayat-ayat kebesaran-Nya di alam semesta. Tubuh manusia sendiri menyimpan teknologi luar biasa yang mustahil ada tanpa Sang Pencipta. Dari sini, kita diajak mengenal Allah sebagai al-Khaliq, Maha Pencipta yang Agung.

Kemudian peserta diajak merenungkan makna hidup yang sebenarnya. Untuk apa sih manusia berlari-lari di dunia ini? Allah sudah menjawabnya dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56. Tujuan hidup manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Apapun peran kita entah sebagai pelajar, pekerja, ibu rumah tangga, atau aktivis selama semua diarahkan untuk mencari rida Allah, berarti kita berada di jalan yang benar.

Di sinilah sebenarnya akar karakter mulia itu tumbuh: seorang muslim beramal salih bukan untuk dilihat manusia, melainkan demi mengejar rida Allah semata. Dengan pemahaman ini, rutinitas harian tidak lagi terasa hampa, tapi justru menjadi bagian dari ibadah kepada Sang Pencipta.

Di akhir sesi, peserta kembali diingatkan bahwa kehidupan dunia ini cuma sementara. Setiap manusia akan kembali kepada Allah dengan membawa pertanggungjawaban masing-masing (QS. Al-Mulk ayat 2). Amal saleh bernilai pahala, sedangkan maksiat bernilai dosa. Akumulasi amal itulah yang nanti menentukan perjalanan kita menuju kehidupan sejati: surga atau neraka.

Antusiasme peserta terlihat jelas. Terlontar lima pertanyaan dalam sesi tanya jawab, pertanda materi yang disampaikan benar-benar menyentuh hati dan relevan dengan pergulatan hidup mereka sehari-hari.

Tidak Bisa Tumbuh dari Kekosongan

Pada akhirnya, karakter mulia tidak mungkin lahir dari rutinitas tanpa makna. Tidak juga dari sekadar semboyan, kurikulum, atau program yang tidak menyentuh akar persoalan. Karakter mulia hanya akan lahir ketika seorang pemuda benar-benar mengenal jati dirinya, dari mana ia berasal, untuk apa ia hidup, dan ke mana ia akan kembali.

Tanpa makna, hidup cuma berputar-putar di tempat yang sama. Tapi dengan makna, setiap langkah menjadi ibadah, dan setiap hari menjadi peluang untuk semakin mendekat kepada Allah.

Nah, pertanyaannya sekarang: hidup yang kita jalani selama ini, sudah menuju ke mana? []

Keni Rahayu, Aktivis Muslimah Bandung.


Halaman:

Komentar