Senja di Desa Pendem dan Kisah Keripik Singkong yang Menggugah

- Minggu, 23 November 2025 | 09:06 WIB
Senja di Desa Pendem dan Kisah Keripik Singkong yang Menggugah

Kelompok pun terbelah. Ada yang tetap di ruang tengah, ada yang ikut ke dapur. Aku memilih ikut bapak.

Di dapur, seorang nenek sedang sibuk menggoreng keripik. Di lantai tergeletak beberapa singkong, ada yang masih utuh, ada yang sudah diiris tipis, dan ada pula yang sudah dikemas rapi dalam plastik, siap jual.

Awalnya kami cuma melihat. Sampai kemudian, seorang teman minta izin ambil gambar dokumentasi. Dia menyuruhku duduk di depan kompor, pura-pura menggoreng. Nenek yang sedang memasak tadi langsung menyodorkan seiris singkong mentah.

“Coba masukin ini ke wajan, pelan-pelan saja,” katanya dalam bahasa Jawa.

Sambil mencoba menggoreng, kami mengobrol santai dengan si nenek dan bapak. Obrolan yang mungkin tak jauh beda dengan yang terjadi di ruang tengah.

Dari percakapan itu, kami tahu bahwa usaha keripik ini hanya sampingan. Ibu pemiliknya menjualnya dari rumah, sekadar mengisi waktu dan memanfaatkan hasil kebun. Nenek dan bapak sering membantu mengolah, tapi urusan penjualan sepenuhnya ditangani sang ibu.

Ketika kami bergabung kembali di ruang tengah, ibu pemilik usaha menjelaskan lebih lanjut.

“Jualan keripik ini cuma tambahan, Mbak. Suami sudah punya pekerjaan tetap. Saya di rumah ya ngurus anak dan rumah tangga. Daripada diam, lebih baik kembangkan potensi yang ada, sekalian nambah penghasilan.”

“Saya jualnya cuma ke tetangga dan nitip ke warung-warung sekitar. Belum kepikiran untuk memperluas pasar. Soalnya, anak-anak masih kecil, butuh perhatian juga,” imbuhnya.

Suara azan maghrib mulai terdengar sayup-sayup. Saatnya kami pamit. Kami mengucapkan terima kasih pada keluarga itu yang telah menerima kami dengan begitu hangat. Sebelum pergi, beberapa dari kami membeli keripik untuk camilan nanti di posko.

Pertemuan singkat itu meninggalkan kesan. Bagiku, ini pengingat: betapa pun banyaknya tanggung jawab yang kita pikul, tak seharusnya itu menghentikan langkah untuk terus mencari dan mengembangkan potensi diri.


Halaman:

Komentar