Menurutnya, saat bertemu dengan pihak Israel, dia justru menyuarakan dukungan untuk Palestina. Bahkan, dia mengaku menyampaikannya secara terbuka dan tegas di berbagai kesempatan.
"Bahwa saya dengan terang-terangan dan tegas di berbagai forum di Yerusalem pada waktu itu, bahkan di depan Netanyahu dalam pertemuan itu, bahwa saya datang ke sini demi Palestina. Itu saya nyatakan di semua kesempatan dan saya tidak akan pernah berhenti dengan posisi ini, apapun yang terjadi,"
Ungkapnya lagi.
Pernyataan ini disampaikan Gus Yahya menanggapi surat yang memintanya mundur. Surat itu muncul karena dia mengundang Peter Berkowitz sebagai narasumber di Akademi Kepemimpinan Nasional NU (AKN NU) pada Agustus lalu.
Surat tersebut ditandatangani oleh Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, tertanggal 20 November 2025. Keputusan ini diambil berdasarkan musyawarah antara Rais Aam dan dua Wakil Rais Aam.
Isi suratnya cukup tegas:
- KH Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU
- Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan memberhentikan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Jadi, meski sudah ada tekanan untuk mundur, Gus Yahya tetap bersikukuh dengan posisinya. Dia merasa langkahnya selama ini sudah benar dan diketahui publik.
Artikel Terkait
Gus Yahya Siap Dengar Nasihat Kiai Sepuh di Tengah Polemik Surat Mundur
Guy Pearce Semburkan Amarah: Saya Muak pada Israel
Pengendara di Pontianak Abadikan Detik-Detik Speedometer Nyalip 100 Ribu Kilometer
Kritik Mengemuka: Pengiriman Pasukan TNI ke Gaza Dikhawatirkan Jadi Alat AS-Israel