Johannesburg pagi itu, Sabtu (22/11), terasa begitu tenang. Matahari pagi menyinari kawasan KTT G20 dengan lembut, menciptakan suasana yang nyaris sempurna. Udara hangat berhembus pelan, seolah menjanjikan hari yang lancar bagi acara penting tersebut.
Tapi semua itu berubah begitu cepat. Menjelang siang, awan-awan kelabu mulai berkumpul, menutupi langit yang tadi cerah. Angin yang tadinya ramah tiba-tiba berubah jadi kencang, menerpa tenda-tenda dan menggoyangkan peralatan liputan yang sudah disiapkan.
Lalu, tepat di sore hari, langit yang semula hanya kelabu berubah jadi gelap gulita. Seperti ada tirai hitam yang menutupi seluruh kota.
Awalnya hanya rintikan hujan kecil. Seperti ketukan lembut di atas atap. Tapi kemudian intensitasnya meningkat drastis, dan yang turun bukan lagi air, melainkan butiran-butiran es. Mereka memantul di aspal, berdentang-dentang di atas kanopi venue.
Beberapa kru media yang sedang meliput di luar langsung sigap. Tanpa banyak bicara, mereka bergegas mengemasi peralatan dan berlarian mencari perlindungan di dalam gedung. Tapi tidak dengan beberapa fotografer.
Mereka justru bertahan, mengarahkan lensa kamera ke langit, berusaha mengabadikan momen langka ini. Butiran es yang jatuh seperti menjadi objek yang terlalu sayang untuk dilewatkan.
Artikel Terkait
Vonis Mati 17 Warga Yaman: Mata-Mata Israel hingga AS Dibongkar
Pencarian Dua Korban Longsor Cilacap Berakhir dengan Tabur Bunga dan Keikhlasan
Prabowo dan Starmer Sepakati Kemitraan Strategis, Siapkan 10.000 Beasiswa untuk Indonesia
Gibran Soroti Ketahanan Pangan dan Resep Indonesia di Tengah Krisis Global