Ia lalu mengingatkan bahwa SDG 11 adalah isu mendesak bagi Lampung. Terutama soal banjir. Data per Januari 2025 menunjukkan, sekitar 14 ribu warga Bandar Lampung terdampak banjir yang melanda 16 kecamatan dan 79 desa. “Kita harus memperkuat ketahanan kota. Ini pekerjaan bersama,” tegas Fritz.
Sementara itu, dari sudut lain, Cindy Dwi Islami, S.P.W.K., Program Manager Youth Sanitation Concern Indonesia, membawa perhatian pada sanitasi. Kondisinya di Lampung disebutnya sangat memprihatinkan.
“Sanitasi aman di Lampung baru 2,5%, sedangkan di Kota Bandar Lampung hanya 0,13%. Angka ini sangat rendah dan berpotensi meningkatkan risiko kesehatan, khususnya bagi perempuan dan anak-anak,” papar Cindy.
Ia mendorong perbaikan infrastruktur sanitasi dan air bersih. Tanpa itu, kualitas hidup masyarakat sulit meningkat, apalagi menghadapi dampak perubahan iklim.
Dwi Andini, OCP Impact Circle 11, menambahkan bahwa acara ini benar-benar membuka mata banyak mahasiswa. “Ini memberikan wawasan besar. Mereka sadar punya peran penting dalam menjaga kota dan lingkungan,” ucapnya.
Impact Circle sendiri merupakan program nasional AIESEC Indonesia yang bertujuan memberi pengalaman diskusi tentang perkembangan dan implementasi SDGs. Lewat kolaborasi AIESEC Unila dan UBL, Impact Circle 12.0 jadi wadah bertukar ide, membangun kesadaran, dan menguatkan komitmen pemuda Lampung untuk menciptakan kota yang lebih aman, layak huni, dan berkelanjutan.
Artikel Terkait
AHCC Galang Keroyokan Medis Hadang Kanker Perempuan dan Anak
Kencan Online Berujung Mengerikan, Remaja di Bekasi Nyaris Jadi Korban Begal
Serikat Buruh Siap Turun ke Jalan, Perjuangan RUU PRT Masuki Babak Baru
Pembacokan Maut di Pasar Gaplok Berawal dari Selingkuh