“Kami bekerja sangat keras untuk mewujudkannya,” tegasnya.
Di sisi lain, kabar yang beredar sebelumnya dari seorang sumber justru punya narasi yang berbeda. Sumber itu menyebut proposal perdamaian itu justru berisi banyak tuntutan dari Moskow. Misalnya, penyerahan wilayah Ukraina dan pemangkasan angkatan bersenjatanya. Cukup berat, memang.
Levitt sendiri menolak memberikan detail lebih lanjut tentang isi proposal. Tapi sekali lagi, dia membantah mentah-mentah bahwa proposal tersebut akan merugikan Ukraina. Dia menegaskan komitmen Presiden Trump untuk mengakhiri perang ini, meski banyak pihak yang meragukannya.
“Saya tahu ada banyak kritik dan keraguan di luar sana, tetapi saya hanya ingin mengingatkan Anda tentang keberhasilan bersejarah yang dicapai presiden ini dan timnya di Timur Tengah,” katanya, sambil merujuk pada gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas di Gaza.
“Kami yakin hal itu mungkin terjadi dengan Rusia dan Ukraina dan kami berharap dan bekerja sangat keras untuk mencapainya,” pungkasnya. Harapan itu jelas, tapi jalan menuju perdamaian selalu berliku.
Artikel Terkait
Rapat Syuriyah PBNU Soroti Langkah Gus Yahya Undang Pembicara Terafiliasi Zionis
Dibalik Kematian Dosen Untag, Terkuak Hubungan Rumit dengan Perwira Polisi
Paus Leo XIV Ingatkan Pelajar AS: Jandalkan Otak, Bukan AI, untuk PR
Kolonialisme Berjubah Baru: Menguak Jebakan Ketergantungan Pasca-Kemerdekaan