Gatot, Kepala Bidang Pemberdayaan Dinsos PPA Merangin, menjelaskan bahwa ada 15 kelompok Suku Anak Dalam atau Orang Rimba yang tersebar di enam kecamatan. Wilayahnya meliputi Pamenang, Bangko Barat, Nalo Tantan, Tabir, dan Tabir Selatan. Selain di Merangin, komunitas SAD juga ada di kabupaten lain.
Dari semua kelompok itu, pihaknya belum menerima laporan adanya anak adopsi lain selain Bilqis. "Tapi, kami dapat info dari polisi bahwa pengakuan Meri menyebut ada anak lain yang dibawa ke suku pedalaman. Hanya saja, kita belum tahu ke mana saja anak-anak itu," ujar Gatot.
Di sisi lain, Azrul juga mengonfirmasi bahwa sampai sekarang belum ada pengaduan resmi terkait kehilangan anak. "Meski kasus ini sudah ramai, belum ada yang melapor. Padahal, kalau ada bayi hilang, seharusnya langsung datang ke kami," katanya.
Yang dia ketahui, ada bayi berusia satu sampai dua bulan yang disusui dan dirawat oleh SAD. Katanya, bayi itu adalah anak dari ibu yang hamil di luar nikah, sehingga dibantu pengasuhannya oleh komunitas tersebut. Tidak ada indikasi penjualan atau adopsi ilegal dalam kasus itu.
Namun begitu, situasi di dalam komunitas Suku Anak Dalam saat ini masih tegang. Sejak kasus Bilqis dan Kenzie mencuat, plus beberapa kasus lain yang menyudutkan mereka, suasana jadi 'panas'. Azrul menyarankan agar polisi melakukan pendekatan persuasif, tidak langsung masuk paksa.
"Kemarin polisi mau ke sini, saya bilang tunggu dulu, belum berani masuk. Soalnya lagi panas-panasnya kasus Meri ini. Nanti kalau sudah adem ayem, baru kita bantu jembatani," pungkas Azrul.
Artikel Terkait
Aturan BPJS Non-Berjenjang Terganjal Kesiapan Kamar Pasien
Lima Jurus Ampuh agar Doa Tak Hanya Sampai di Langit
Tim Hukum Untag Semarang Desak Pengungkapan Fakta di Balik Misteri Kematian Dosen Muda
Jalan di Sriharjo Bantul Ambles, Warga Terpaksa Tempuh Jalur Memutar