Gelombang Pembatalan Wisata dan Film Jepang Guncang Hubungan China-Jepang

- Kamis, 20 November 2025 | 05:36 WIB
Gelombang Pembatalan Wisata dan Film Jepang Guncang Hubungan China-Jepang

Media China Jimu News melaporkan, Sichuan Airlines membatalkan semua penerbangan Chengdu-Sapporo hingga Maret 2026. Spring Airlines, maskapai murah, juga mengikuti langkah serupa. Meski keduanya beralasan ini murni masalah perencanaan perusahaan, tapi timing-nya sulit dilepaskan dari ketegangan politik.

Padahal, China adalah sumber wisatawan terbesar kedua bagi Jepang. Banyak juga mahasiswa China yang kuliah di sana. Saham perusahaan ritel dan travel Jepang pun ikut anjlok. Menurut Li, ini pembatalan terbesar sejak pandemi COVID-19. Tapi dia yakin dampaknya bagi industri penerbangan China tidak terlalu signifikan. "Pasar China-Jepang kan relatif kecil dibanding pasar domestik dan internasional mereka secara keseluruhan," katanya.

Penolakan China terhadap Ambisi Jepang di DK PBB

Di kancah internasional, China juga tak segan menunjukkan taring. Wakil Tetap China untuk PBB, Fu Cong, dengan keras mengecam pernyataan Takaichi. Menurutnya, pernyataan itu salah, berbahaya, dan mencampuri urusan dalam negeri China.

"Ini pelanggaran serius terhadap prinsip Satu China dan semangat empat dokumen politik antara China dan Jepang," tegas Fu dalam debat Majelis Umum PBB tentang reformasi Dewan Keamanan, seperti dikutip Xinhua, Rabu (19/11).

Fu bahkan menyebut Jepang tidak pantas jadi anggota tetap DK PBB. Alasannya, Jepang dinilai belum merevisi sikapnya terhadap sejarah masa lalu, terutama terkait Perang Dunia II. "Negara seperti itu sama sekali tidak memenuhi syarat," tegasnya.

Upaya Damai Ternyata Gagal

Di balik layar, upaya meredakan ketegangan sebenarnya sudah dilakukan. Sayangnya, hasilnya nol besar. Sumber di Kementerian Luar Negeri Jepang mengungkap, pertemuan antara Dirjen Biro Urusan Asia dan Oseania Kemlu Jepang Masaaki Kanai dengan Wakil Dirjen Urusan Asia Kemlu China Liu Jinsong di Beijing berakhir tanpa titik terang.

Kanai berusaha meyakinkan bahwa posisi Jepang tidak berubah sejak Komunike Bersama 1972, yang mengakui China sebagai satu-satunya pemerintahan sah. Tapi Liu bersikukuh bahwa pernyataan Takaichi telah merusak fondasi politik hubungan bilateral. Liu mendesak Jepang menarik pernyataan itu dan memperbaiki kesalahan.

Pertemuan itu justru memanas. Kanai memprotes unggahan media sosial Konsulat Jenderal China di Osaka, Xue Jian, yang dianggap mengancam Takaichi. Dia minta China bertindak proporsional.

Juru bicara Kemlu China Mao Ning tak kalah keras. Dia menuding Takaichi sebagai biang kerok semua masalah ini. "Ucapannya yang keliru dan terang-terangan soal Taiwan telah memicu kemarahan rakyat China," kata Mao, seperti dilaporkan The Mainichi.

Meski pertemuan Kanai-Liu gagal, diplomasi masih berlanjut. Wakil Menlu Jepang Takehiro Funakoshi diperkirakan akan segera bertemu Duta Besar China untuk Jepang Wu Jianghao. Tapi apakah pertemuan berikutnya akan membuahkan hasil? Itu masih jadi tanda tanya besar.


Halaman:

Komentar