Stasiun Cikarang menjelang dini hari berubah wajah. Taman dan pelataran parkirnya menjelma menjadi semacam "hotel darurat," dipadati para pekerja lelah yang terpaksa menunggu kereta pertama usai lembur. Mereka bukan gelandangan, melainkan tulang punggung keluarga yang terjebak di sela waktu operasional transportasi umum.
Kereta terakhir melintas sekitar pukul 23.30 WIB, sementara kereta pertama baru beroperasi pukul 04.00 WIB. Di rentang waktu hampir lima jam itulah, stasiun menjadi tempat berteduh bagi mereka yang kehabisan opsi.
Beralaskan Lantai Dingin
Teguh, 35, adalah salah satu dari sekian banyak pekerja yang terpaksa menggelar alas tidur di lantai parkir. "Pulang kerja ketinggalan kereta, terpaksa tidur di sini," ujarnya dengan suara lirih.
Risiko harus ditanggung. Selain terpaan angin malam, kekhawatiran akan keselamatan barang bawaan selalu menghantui. "Takut kehilangan barang. Yang penting itu alat komunikasi, paling takut hilang," tuturnya.
Dia berharap ada kebijakan dari pengelola stasiun untuk menyediakan ruang tunggu atau tempat istirahat sederhana bagi pekerja dalam situasi seperti ini. "Kalau ada tempat menginap sederhana atau ruang tunggu malam, kan lebih aman," harapnya.
Artikel Terkait
Ekspedisi 4,5 Jam Menembus Rimba Gayo Lues, Mengungkap Ladang Ganja 51 Hektare
Nikah Mut‘ah: Jalan Darurat di Tengah Sunyi Pekerja Jauh
Aliansi Ormas Jawa Barat Tuntut Presiden Pecat Kapolri dan Kapolda Metro Jaya
Ironi Optimisme: Generasi Muda Indonesia Paling Pesimis Meski Skor Kebahagiaan Nasional Tinggi