Baca Juga: Merayakan Kreativitas Indonesia Lewat Indonesia di Mata Perupa” by ProgramMuda
“Banyak pembelajaran dan praktik yang dapat ditiru ibu-ibu lainnya di Indonesia untuk mendorong upaya berkelanjutan dalam pencegahan stunting,” pungkasnya.
Strategi untuk mempromosikan praktik sehat dalam keluarga dan contoh nyata dari para ibu yang memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan anak-anaknya juga dibahas dalam webinar ini.
Stunting didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut usia (TB/U) kurang dari minus dua standar deviasi (-2SD) atau di bawah rata-rata standar yang ada.
Stunting pada anak merupakan hasil jangka panjang konsumsi diet berkualitas rendah yang dikombinasikan dengan morbiditas, penyakit infeksi, dan masalah lingkungan.
Stunting, sebuah masalah kesehatan global yang mempengaruhi jutaan anak, memerlukan strategi pencegahan yang komprehensif.
Fokus Upaya Pencegahan Stunting
Pada 2021, angka prevalensi stunting menurun sebanyak 3,3% dibandingkan 2019.
Sementara itu, tahun 2022 prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6% atau kembali alami penurunan 2,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Juga: Festival Nasional Reog Ponorogo Kembali Masuk Kharisma Event Nusantara 2024
Meskipun mengalami penurunan, namun angka prevalensi stunting Indonesia masih di bawah standar WHO yakni, angkanya tidak melebihi 20%. Target pemerintah prevalensi stunting turun menjadi 14% di tahun 2024.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, kegagalan pertumbuhan anak pada usia dini, salah satunya disebabkan oleh pola pangan yang tidak seimbang.
Untuk itu, fokus upaya pencegahan stunting adalah memastikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) kaya protein hewani sesuai tema Hari Gizi Nasional tahun 2024.
Kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak mencapai potensi optimal sehingga sangat merugikan kinerja anak di kemudian hari.
Perkembangan otak anak di masa golden period (0-3 tahun), akan menyebabkan sel otak tidak tumbuh sempurna.
Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun.
Apabila gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi penurunan skor tes IQ sebesar 10-13 poin.
Baca Juga: Satu Desa di Tulungagung Dilanda Banjir, Rumah Warga Terendam, Satu Tembok Rumah Roboh
Penurunan perkembangan IQ tersebut akan mengakibatkan terjadinya _loss_ _generation_, artinya anak-anak tersebut akan menjadi beban masyarakat dan pemerintah, karena terbukti keluarga dan pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan yang tinggi akibat warganya mudah sakit (Caulfield, 2010).***
Editor Achmad Saichu
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: koranmemo.com
Artikel Terkait
Trump Siap Tawarkan Jet F-35 dalam Pertemuan Bersejarah dengan Putra Mahkota Saudi
MBS Terima Surat Rahasia Iran Sebelum Bertemu Trump: Apa Isi dan Maksudnya?
Ancaman Operasi Militer AS ke Venezuela: Maduro Peringatkan Gaza Baru di Amerika Selatan
Pemain Sepak Bola Israel Ditangkap Diduga Rudapaksa Turis AS, Netizen Geram!