Strategi PGE (PGEO) Capai 1,8 GW Panas Bumi 2033: Daftar 17 Proyek Quick Win

- Kamis, 06 November 2025 | 12:40 WIB
Strategi PGE (PGEO) Capai 1,8 GW Panas Bumi 2033: Daftar 17 Proyek Quick Win

PGE (PGEO) Percepat Ekspansi, Targetkan Kapasitas Panas Bumi 1,8 GW pada 2033

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) atau PGEO secara agresif mengejar peningkatan kapasitas terpasang energi panas bumi. Perusahaan menargetkan kapasitas sebesar 1 gigawatt (GW) dalam 2 hingga 3 tahun ke depan, dengan tujuan jangka panjang mencapai 1,8 GW pada tahun 2033.

Strategi Tiga Pilar Ekspansi PGE

Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, mengungkapkan bahwa strategi ekspansi portofolio panas bumi perusahaan bertumpu pada tiga pilar utama. Pilar tersebut meliputi pengembangan pembangkit listrik, industrialisasi hilir, serta pengembangan produk dan solusi beyond electricity atau di luar kelistrikan.

"Upaya tersebut kami wujudkan melalui pengembangan berbagai proyek strategis dan persiapan ekosistem green hydrogen terintegrasi dengan pendekatan beyond electricity," jelas Julfi dalam keterangan resminya.

Fokus pada Pertumbuhan Jangka Panjang dan Kinerja Keuangan

Direktur Keuangan PGE, Yurizki Rio, menegaskan fokus perusahaan saat ini adalah pertumbuhan jangka panjang. PGE berinvestasi dalam proyek-proyek quick win untuk meningkatkan kapasitas terpasang dan produksi, yang pada akhirnya akan memperkuat fondasi keuangan perseroan.

Hingga 30 September 2025, PGE membukukan pendapatan sebesar USD 318,86 juta, tumbuh 4,2% year-on-year (yoy). EBITDA perusahaan tercatat sebesar USD 248,97 juta dengan laba bersih USD 104,26 juta. Aset PGE mencapai USD 2,96 miliar dengan posisi kas USD 284,97 juta.

Laba bersih mengalami tekanan akibat peningkatan biaya keuangan dari penerapan PSAK 223 dan perkembangan proyek panas bumi. Biaya bunga selama masa pembangunan (IDC) untuk PLTP Hululais Unit 1 & 2 sementara dicatat sebagai beban. Sementara itu, beban bunga dari PLTP Lumut Balai Unit 2 yang sudah beroperasi komersial sejak Juni 2025 juga turut mempengaruhi, bersama kenaikan beban penyusutan sebesar 9,61%.

Yurizki menegaskan bahwa koreksi pada bottom line ini adalah bagian dari investasi untuk mendukung pertumbuhan masa depan. Margin EBITDA disebutnya masih dalam kisaran yang sehat.


Halaman:

Komentar