Afrika Selatan misalnya, menolak mengenakan tarif tambahan pada mobil China dan memilih mendorong investasi. Di Amerika Latin, Chili dan Ekuador diam-diam menerapkan biaya tambahan pada barang impor murah. Brasil justru memberi keringanan tarif bagi BYD Co Ltd untuk meningkatkan produksi lokal.
Gubernur Bank Sentral Kamboja, Chea Serey, mengakui dilema yang dihadapi negara-negara kecil yang bergantung pada Beijing. "Kami memang banyak mengimpor dari Tiongkok. Kami juga sangat bergantung pada investasi asing langsung dari China," ujarnya.
Ekspansi Pasar dan Teknologi Canggih China
Pengiriman barang ke Vietnam juga meningkat signifikan, mengindikasikan pengalihan rute ekspor yang semula menuju AS untuk menghindari tarif tinggi Trump. Permintaan global terhadap produk teknologi canggih China terus melonjak, didorong oleh inovasi yang kompetitif di pasar dunia.
Penjualan ke negara-negara maju seperti Eropa dan Australia juga menunjukkan peningkatan, membuktikan kemampuan Beijing menemukan pembeli baru untuk berbagai produknya.
Posisi Kuat China dalam Perebutan Pangsa Pasar
Adam Wolfe dari Absolute Strategy Research mengungkapkan keunggulan posisi China dibanding banyak negara lain dalam mencari pasar alternatif pengganti AS. Analisisnya menunjukkan sekitar 50% produk yang dulu dijual China ke AS kini berhasil dialihkan ke negara-negara BRICS.
"Tiongkok telah menunjukkan kemampuan untuk merambah pasar lain dan meraih pangsa pasar di luar negeri, dan hal itu kemungkinan akan terus berlanjut," tegas Wolfe. "Saya tidak yakin Tiongkok akan mengalami kontraksi ekspor hingga akhir tahun."
Artikel Terkait
Prabowo Tugaskan Menteri UMKM Siapkan Substitusi Thrifting Ilegal
IHSG Melemah ke 8.200: RISE dan IPAC Jadi Top Losers, Simak Analisisnya
Harga Emas Antam Turun Rp 26.000/Gram Hari Ini! Cek Daftar Lengkap & Harga Buyback
Harga Emas Antam Turun Rp 26.000/Gram Hari Ini! Cek Daftar Lengkapnya