Daya Saing Produk Hilirisasi Indonesia Masih Kalah dari Malaysia
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi BKPM, Todotua Pasaribu, mengungkapkan bahwa daya saing produk hilirisasi Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara tetangga, khususnya pada produk olahan timah.
Insentif Fiskal Kunci Daya Saing Investasi
Todotua menekankan bahwa competitiveness menjadi faktor utama dalam peningkatan investasi. Menurutnya, hal ini dapat didorong melalui insentif fiskal seperti tax holiday.
Masalah insentif ini menjadi tantangan serius dalam peningkatan investasi Indonesia. Sebagai contoh, industri pengolahan komoditas timah meskipun memiliki bahan baku melimpah di dalam negeri, namun harga produknya masih kalah bersaing dengan Malaysia.
Produk Solder Malaysia Lebih Murah
"Raw material-nya di kita, tier satu hilirisasinya, smelternya di kita. Kemudian barang ini masuk ke bursa, kemudian diambil oleh pabrikan solder di Malaysia dan diambil oleh pabrikan solder di Indonesia," jelas Todotua dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia.
"Apa yang terjadi? Harga solder dari Malaysia dia impor masuk ke sini harganya lebih murah daripada harga produksi," imbuhnya.
Strategi Fiskal Malaysia Lebih Unggul
Produk solder timah dari Malaysia lebih murah dan kompetitif karena didukung strategi fiskal yang lebih baik. Sementara Indonesia masih mengenakan pajak berlapis dari hulu hingga hilir pertambangan.
"Tambang kita kenapa pajak, masuk ke tier 1 kena pajak, keluar naik ke bursa kenapa pajak, dari bursa turun ke buyer-nya pabrik solder atau tin chemical kenapa pajak, jual lagi kenapa pajak," ungkap Todotua.
Artikel Terkait
Rupiah Tembus Rp16.608! Ini 3 Faktor Kunci di Balik Penguatan & Prediksi Mengejutkan untuk Besok
Biodiesel B40 Sukses Tekan Impor Solar, Giliran E20 untuk Hentikan Ketergantungan Bensin?
1.582 Kapal Nelayan Dimodernisasi! Prabowo Pacu Swasembada Pangan
5 Saham Ritel BEI 2025: Pilihan Terbaik untuk Cuan di Era Konsumsi Melesat