Salah satu topik panas yang akan dibahas adalah isu pasokan mineral tanah jarang. China, yang merupakan produsen dominan mineral kritikal ini, telah memberlakukan pembatasan ekspor. Mineral tanah jarang merupakan komponen vital untuk sektor teknologi tinggi, pertahanan, dan energi hijau. Sebagai respons, Trump mengancam akan memberlakukan tarif tambahan hingga 100 persen pada produk China mulai 1 November jika kebijakan pembatasan tersebut tidak dicabut.
Menyiapkan Strategi dan Memperkuat Posisi Tawar
Pemerintah AS tak hanya mengandalkan ancaman tarif. Mereka juga aktif mencari sumber alternatif untuk menambang dan memproses mineral penting guna melindungi industri dalam negeri. Bukti nyatanya adalah kesepakatan senilai $8,5 miliar yang baru saja ditandatangani dengan Australia untuk memperluas akses AS terhadap pasokan mineral kritikal. Menjelang pertemuan dengan Xi, Trump juga memperkuat posisi tawarnya dengan mengumumkan penyelidikan terhadap kepatuhan China pada perjanjian dagang sebelumnya.
Agenda Lain: Kedelai, Fentanil, dan Perang Ukraina
Selain isu mineral, Trump akan mendorong Xi Jinping untuk kembali membeli kedelai AS, bekerja sama dalam penindakan peredaran obat bius fentanil, serta menekan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina. Kedua pemimpin juga akan membahas perpanjangan kesepakatan tarif sementara yang akan berakhir pada November mendatang.
Sebelum bertemu dengan Xi, Trump juga akan menggelar pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, dan Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung. Seoul dilaporkan sedang berupaya menyelesaikan kesepakatan dagang dan investasi baru dengan AS yang bertujuan untuk menurunkan tarif perdagangan antara kedua negara.
Artikel Terkait
IPO PJHB Bakal Bagikan Dividen hingga 30%: Simak Jadwal dan Potensinya!
Yulisar Khiat Pimpin Hermina: Ekspansi Besar-besaran 54 Rumah Sakit Menanti!
Mengapa Harga Udang yang Naik Justru Bisa Bikin Petambak Bangkrut?
GMFI Rights Issue: Strategi Rp5,66 Triliun yang Bikin Ekuitas Nyalak!