Pada tahun 2025, pemerintah menyediakan Kredit Industri Padat Karya senilai Rp 20 triliun. Skema ini ditargetkan dapat membantu 2.000 hingga 10.000 perusahaan tekstil dan apparel untuk melakukan ekspansi dan mempertahankan penyerapan tenaga kerja.
Berbagai insentif fiskal juga tersedia, termasuk tax holiday, tax allowance, investment allowance, dan super deduction tax bagi perusahaan yang berinvestasi di bidang riset dan pendidikan vokasi.
Daya Saing Global Industri Tekstil Indonesia
Daya saing industri tekstil Indonesia terbukti di pasar internasional, khususnya Amerika Serikat. Produk tekstil Indonesia dengan kode HS 61 (pakaian dan aksesori rajutan) mencatat surplus perdagangan terbesar kedua dengan nilai USD 1,86 miliar.
Indonesia kini masuk dalam lima besar produsen tekstil paling efisien di dunia. Biaya produksi pemintalan benang Indonesia hanya USD 2,71 per kilogram, lebih efisien dibandingkan India, Tiongkok, dan Turki.
Untuk subsektor pertenunan, biaya produksi tercatat USD 8,84 per meter, sedangkan fabric finishing hanya USD 1,16 per meter yang termasuk terendah secara global.
Pencapaian ini membuktikan daya saing global industri tekstil Indonesia dan menjadi fondasi kuat untuk pertumbuhan berkelanjutan di masa depan.
Artikel Terkait
IPO PJHB Bakal Bagikan Dividen hingga 30%: Simak Jadwal dan Potensinya!
Yulisar Khiat Pimpin Hermina: Ekspansi Besar-besaran 54 Rumah Sakit Menanti!
Mengapa Harga Udang yang Naik Justru Bisa Bikin Petambak Bangkrut?
GMFI Rights Issue: Strategi Rp5,66 Triliun yang Bikin Ekuitas Nyalak!