Pada Jumat pagi (19/12) lalu, sejumlah pengusaha dari Kadin Indonesia bertemu dengan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa. Pertemuan itu digelar di Gedung Djuanda I, Kementerian Keuangan Jakarta, tepat pukul sepuluh. Inti pembahasannya sederhana namun krusial: bagaimana caranya mendongkrak industri furnitur dan elektronik nasional lewat insentif, deregulasi, dan suntikan dana murah.
Ketua Umum Kadin, Anindya Bakrie, menjelaskan kenapa dua sektor itu yang jadi sorotan. "Kali ini kita fokus ke furnitur dan elektronik," ujarnya kepada para wartawan usai pertemuan. Menurutnya, ini permintaan langsung dari Rapimnas Kadin untuk membahas per sektor secara mendalam.
"Nah, yang menarik dari furniture dan juga elektronik itu, pangsanya besar sekali di luar negeri," tambah Anindya.
Dia lalu menjabarkan angka-angka yang bikin geleng-geleng. Peluang pasar furnitur global ternyata mencapai USD 300 miliar. Sayangnya, porsi Indonesia di kue raksasa itu masih sangat kecil, cuma sekitar USD 2,5 miliar. Padahal, pertumbuhan industrinya sendiri sebenarnya cukup sehat. Tapi ada masalah lain yang menggerus: surplus perdagangan justru menyempit karena impor ke dalam negeri makin menggila.
Maka, diskusi pun berpusat pada solusi. "Nah, jadi di sini kita tadi mendiskusikan kira-kira deregulasi apa atau insentif apa yang bisa dilakukan," jelas Anindya. Pembicaraan melebar dari soal bunga pinjaman yang diharapkan bisa lebih ringan, sampai ke upaya penguatan industrialisasi bahan baku lokal, seperti rotan.
Di sisi lain, ketergantungan ekspor furnitur ke Amerika Serikat juga jadi perhatian. Angkanya hampir mencapai 60 persen. Jelas, ini risiko besar. Strategi diversifikasi pasar pun dinilai mendesak agar posisi Indonesia lebih seimbang dan tidak menggantungkan nasib pada satu negara saja.
Artikel Terkait
Gas Baru di Sengkang Pacu Optimisme, Target Harga ENRG Melonjak 66%
Prabowo dan Bahlil Tinjau Banjir Agam, Pasokan Energi Mulai Pulih
IHSG Terjun 49 Poin, Mayoritas Sektor Dibanjiri Sinyal Merah
IHSG Tersungkur, 470 Saham Terkapar di Tengah Euforia Pasar Asia