Nah, JML punya ambisi besar. Mereka berencana menghidupkan kembali area tambang bersejarah yang sempat terbengkalai itu dengan teknologi modern. Saat ini, aktivitasnya masih di tahap eksplorasi. Namun potensinya diperkirakan sangat besar, dengan cadangan yang bisa mencapai 2 juta ounce.
Di sisi lain, untuk membiayai akuisisi ini, BUMI tidak sepenuhnya mengandalkan kas internal. Sebagian dananya, sekitar Rp340,9 miliar, berasal dari penerbitan obligasi. Tapi itu bukan satu-satunya sumber. Faktanya, BUMI sudah mulai mengakumulasi saham JML sejak lama.
Hingga September 2025 lalu, mereka sudah mengantongi 41,36 persen saham. Caranya beragam, mulai dari private placement, pembelian langsung, hingga debt to equity swap. Akuisisi terbaru ini seperti menyempurnakan penguasaan mereka.
Jadi, langkah BUMI ini jelas bukan sekadar beli saham biasa. Ini adalah gerakan strategis menuju masa depan yang lebih terdiversifikasi, meninggalkan ketergantungan pada batu bara perlahan-lahan. Bagaimana hasilnya? Kita lihat saja nanti.
Artikel Terkait
Avia Avian Tutup Paksa Anak Usaha Cat Kapal yang Terus Merugi
Saham Tekologi AI Selamatkan Wall Street dari Tekanan Pekan Ini
KRYA Amankan Kontrak Rp240 Miliar untuk Pasok 10.000 Motor Listrik
Lebih dari Seribu Relawan BUMN Bergerak, Bantuan Masif Dikirim ke Aceh