Data kesehatan yang dihimpun pun cukup mencerminkan kondisi sosial. Angka kematian bayi ada di kisaran 14-15 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu sekitar 143 per 100.000 kelahiran hidup.
Yang juga menarik adalah soal angka kelahiran. Angka kelahiran total di IKN tercatat 2,14. Ini lebih rendah dari rata-rata jumlah anak yang diinginkan oleh perempuan usia subur di sana, yaitu 2,59. Fenomena ini menunjukkan adanya underachieved fertility harapan punya anak tak sepenuhnya terwujud.
Di sisi lain, pendataan ini berhasil memetakan lokasi rumah tangga secara spasial. Hasil geotagging ini bakal sangat berguna untuk menargetkan kebijakan dengan lebih presisi.
Data itu juga mengungkap kondisi riil di lapangan. Masih ada, misalnya, 232 rumah tangga yang lantai terluas rumahnya masih tanah. Lalu, 142 rumah tangga tanpa fasilitas buang air besar, dan 530 rumah tangga mengandalkan air hujan sebagai sumber air minum utama. Bahkan, 49 rumah tangga lainnya belum menikmati aliran listrik.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menekankan pentingnya data ini.
Pernyataan senada datang dari Menteri PPN/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy.
Menurut Rachmat, data kependudukan ini adalah pondasi bagi keberlanjutan pembangunan IKN.
Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, menambahkan bahwa publikasi BPS ini akan jadi rujukan utama.
Pelaksanaan pendataan ini sendiri melibatkan 856 petugas lapangan dari masyarakat sekitar. Mereka bekerja dari 1 Juli hingga 15 Agustus 2025. Kolaborasi ketiga lembaga ini, dalam kata mereka, adalah wujud nyata upaya terintegrasi untuk menyediakan statistik dasar di IKN. Sebuah langkah awal yang krusial untuk membangun ibu kota baru.
Artikel Terkait
Anggaran Bencana 2025 Tersisa Rp 2,97 T, Pemerintah Tambah Suntikan Dana ke Tiga Provinsi
BRI Kerahkan 40 Aksi Darurat, Puluhan Ribu Paket Bantuan Tiba di Wilayah Bencana
PTPP Bidik Pendapatan Rp16 Triliun di 2026, Laba Masih Dievaluasi
Kepala Besar di Awal: Skema Tadpole Bikin Cicilan Pinjol Mencekik