Benturan di Kantor: Generasi Z vs Senior, Siapa yang Salah Paham?
Dinamika tempat kerja belakangan ini memang menarik. Ada dua kelompok yang saling bertemu, tapi sepertinya berasal dari dunia yang berbeda. Di satu sisi, ada Gen Z yang tumbuh besar bersama gawai di tangan. Segalanya serba cepat, instan, dan digital bagi mereka. Di sisi lain, ada karyawan senior yang sudah puluhan tahun akrab dengan ritme kerja yang lebih stabil, mengutamakan pengalaman dan proses yang terstruktur. Pertemuan dua dunia ini tak jarang memicu gesekan. Lalu, siapa sebenarnya yang salah paham?
Mari kita lihat dari dekat. Generasi Z dikenal punya adaptasi yang cepat. Mereka kreatif, dan jangan harap mereka diam kalau punya pendapat. Teknologi bagi mereka bukan sekadar alat, tapi sudah seperti napas. Sementara itu, rekan-rekan senior mereka lebih mengandalkan pengalaman lapangan yang bertahun-tahun. Hierarki dan proses yang jelas seringkali jadi pegangan. Nah, perbedaan mendasar inilah yang kerap jadi sumber masalah. Gaya kerja Gen Z yang lincah kadang dianggap tidak disiplin, padahal mungkin itu cuma soal ritme yang berbeda.
Masalah komunikasi, misalnya. Bagi anak muda, kirim pesan singkat lewat chat atau email itu sudah cukup. Efisien. Tapi bagi sebagian senior, hal itu terkesan dingin dan kurang sopan. Mereka lebih nyaman bertatap muka langsung atau mendapat instruksi yang formal dan detail. "Kok jawabannya cuma 'ok' sih?" pikir seorang manajer. "Ngapain juga briefing panjang lebar, padahal intinya cuma satu," batin si anak muda. Menurut sejumlah saksi, kesalahpahaman ini jarang disebabkan niat buruk. Lebih karena beda gayanya saja.
Tak jarang label-label pun beterbangan. Dari sisi senior, Gen Z sering dicap kurang loyal, gampang bosan, dan cepat resign. Padahal, bagi generasi ini, yang namanya keseimbangan hidup dan kerja serta kesehatan mental itu harga mati. Mereka mencari ruang untuk berkembang, bukan sekadar bertahan. Sebaliknya, di mata Gen Z, para senior dianggap terlalu kaku dan sulit diajak berubah. Kedua pihak sibuk memberi cap, tanpa benar-benar mencoba memahami alasan di balik sikap masing-masing.
Di sisi lain, kelebihan masing-masing sebenarnya bisa saling melengkapi. Gen Z jago mengutak-atik alat digital baru, membawa efisiensi yang segar. Tapi, pengalaman panjang para senior memberikan kedalaman analisis dan intuisi bisnis yang tak ternilai harganya hal-hal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi paling canggih sekalipun. Bayangkan jika kedua kekuatan ini disatukan.
Artikel Terkait
Angka Pengangguran AS Melonjak, Wall Street Lesu dan Berharap pada The Fed
Prabowo Dorong Papua Mandiri Energi dari Sawit hingga Tenaga Surya
BBRI Cetak Rekor: Saham Melonjak 48 Kali Lipat Sejak IPO Dua Dekade Lalu
Pemerintah Siapkan Jeda KUR untuk Pengusaha Terdampak Bencana Sumatera