Di sisi lain, ada juga faktor lain yang berperan. Sejumlah calon emiten rupanya memilih untuk menunda rencana IPO mereka. Mereka lebih memilih menunggu momentum pasar yang dirasa lebih tepat, sambil mempertimbangkan strategi bisnis internal dan tentu saja, kondisi pasar yang sedang berlangsung.
"OJK memandang dinamika ini sebagai bagian dari proses pendalaman pasar yang sehat dan berorientasi jangka panjang," imbuh Inarno.
Kalau dilihat dari pipeline yang ada, sebenarnya masih ada 13 perusahaan yang antre. Rinciannya, dua perusahaan skala kecil, empat skala menengah, dan yang cukup menarik, tujuh perusahaan lainnya masuk kategori aset skala besar. Jadi, potensinya masih ada, tinggal tunggu waktu eksekusinya saja.
Jadi, penurunan angka target IPO ini lebih kepada penyesuaian realitas dan strategi. Bukan berarti pasar modal Indonesia lesu, tapi mungkin sedang memilih untuk lebih matang sebelum melangkah.
Artikel Terkait
Danantara Amankan Aset Strategis di Dekat Masjidil Haram untuk Jemaah Indonesia
Pasar Asia Merah, Investor Menanti Langkah Bank Sentral
BEI Terapkan Aturan Baru: Pesanan Tak Bisa Dibatalkan di Dua Sesi Penting
Bank Sumsel Babel Galakkan Gerakan Hijau, Satu Pegawai Tanam Satu Pohon