Pilih bahan kemasan yang tepat kardus tebal, plastik khusus, atau kemasan vakum untuk melindungi dari guncangan, kelembaban, dan perubahan suhu. Untuk buah seperti alpukat, misalnya, pembungkus busa (foam net) per buah dan kardus lima lapis bisa jadi pilihan yang bagus.
Label informasi juga harus jelas: nama produk, asal negara, tanggal kedaluwarsa, dan petunjuk penyimpanan. Jangan lupa cantumkan juga label pengiriman yang memuat nama eksportir, importir, jumlah isi, serta instruksi penanganan.
Desain kemasan pun perlu dipikirkan. Kemasan yang menarik dan sesuai selera pasar target bisa meningkatkan daya tarik produk di rak toko. Singkatnya, kemasan yang efektif adalah investasi untuk membangun reputasi dan kepercayaan di pasar global.
4. Mengatur Pengiriman
Pengaturan pengiriman fokus pada efisiensi dan keamanan. Pilih metode yang tepat: laut, udara, atau darat? Pertimbangkan jenis produk, volume, dan ketahanannya selama transit. Sebelumnya, ada baiknya uji coba dulu ketahanan produk dengan packaging yang dipilih.
Setelah metode ditetapkan, urus logistiknya: jadwal pengambilan barang, pilih jasa pengiriman, dan tentukan rute yang efisien. Selalu siapkan rencana cadangan untuk antisipasi gangguan, misalnya karena cuaca buruk atau pemeriksaan cukai yang lama. Asuransi pengiriman juga jangan sampai terlupa tapi ini akan kita bahas lebih detail di poin selanjutnya.
5. Jangan Abaikan Asuransi
Untuk komoditas pertanian yang rentan rusak, asuransi pengiriman itu ibarat payung sebelum hujan. Fungsinya melindungi dari risiko kerugian akibat kecelakaan, cuaca ekstrem, atau masalah lain di perjalanan.
Dengan polis yang sesuai, eksportir bisa klaim ganti rugi jika terjadi sesuatu. Pilih cakupan polis yang pas, apakah untuk kerusakan fisik, kehilangan total, atau risiko spesifik lainnya. Pahami juga syarat dan prosedur klaimnya. Langkah ini bukan cuma melindungi cash flow bisnis, tapi juga memberi sinyal kepercayaan kepada pelanggan bahwa Anda serius dan profesional.
6. Saatnya Eksekusi: Pelaksanaan Ekspor
Ini tahap eksekusi di mana semua persiapan diuji. Koordinasi dengan semua pihak produsen, logistik, forwarder, dan instansi terkait harus ketat. Pastikan semua dokumen (invoice, packing list, BL, sertifikat kesehatan, dll.) sudah komplet dan sesuai.
Barang yang sudah dikemas diambil dan dibawa ke pelabuhan atau bandara. Pantau terus status pengirimannya. Begitu tiba di tujuan, proses bea cukai harus dilalui agar barang bisa segera diterima importir. Pelaksanaan yang lancar tak hanya membuat barang sampai tepat waktu, tapi juga membangun reputasi baik untuk transaksi berikutnya.
7. Pantau dan Evaluasi
Prosesnya belum selesai setelah barang dikirim. Monitoring dan evaluasi itu penting untuk belajar dan memperbaiki diri. Pantau kondisi produk selama transit dan yang lebih penting, tanggapan konsumen setelah menerimanya.
Kumpulkan data penjualan dan umpan balik pasar. Lalu evaluasi: di bagian mana kita sudah baik, dan di mana yang perlu ditingkatkan? Apakah kualitas produk, efisiensi pengiriman, atau strategi pemasarannya?
Dengan rutin mengevaluasi, eksportir bisa lebih lincah beradaptasi dengan perubahan pasar dan menjaga daya saing di kancah global. Ini adalah siklus untuk terus menjadi lebih baik.
Artikel Terkait
Hotel Berharap Libur Akhir Tahun Jadi Penyelamat di Tengah Tekanan 2025
KAI Angkut 63,6 Juta Ton Barang, Batu Bara Dominasi Pasokan Energi
Green Power Gelar RUPSLB Awal 2026, Diduga Kaitkan Deportasi Dirut
Bank Mandiri Salurkan 5.000 Paket Bantuan untuk Korban Bencana di Sumut