Petani Indonesia Menembus Pasar Global: Langkah-Langkah Nyata Ekspor Hasil Bumi

- Minggu, 14 Desember 2025 | 12:00 WIB
Petani Indonesia Menembus Pasar Global: Langkah-Langkah Nyata Ekspor Hasil Bumi

Dunia bisnis pertanian kita sedang berubah. Berkat kemajuan teknologi, petani kini punya peluang lebih besar untuk menjual hasil bumi langsung ke luar negeri. Ini artinya, keuntungan yang lebih menjanjikan bisa diraih dari pasar internasional.

Memang, Indonesia bukan satu-satunya pemain di kancah ekspor komoditas seperti alpukat. Tapi, kita punya keunggulan alam yang sulit disaingi. Letak geografis kita strategis, lahannya luas dan subur, ditambah ketersediaan air bersih untuk irigasi yang melimpah. Faktor-faktor inilah yang membuat negeri ini sangat cocok untuk menggeluti bisnis ini.

Lantas, bagaimana memulainya? Berikut beberapa langkah kunci yang bisa dijalankan.

1. Mulai dari Riset Pasar dan Penawaran

Langkah pertama yang mutlak adalah riset pasar. Jangan buru-buru kirim barang sebelum paham betul medan yang akan dimasuki. Riset ini intinya mengumpulkan informasi soal negara tujuan: tren permintaannya seperti apa, selera konsumennya, dan siapa saja pesaing di sana.

Ambil contoh alpukat. Negara seperti Singapura atau Korea Selatan bisa jadi target potensial karena permintaannya tinggi.

Carilah data dari mana saja. Bisa dengan ngobrol langsung dengan eksportir yang sudah berpengalaman, atau mengumpulkan laporan industri dan publikasi perdagangan. Setelah data terkumpul, analisis untuk melihat pola konsumsi apakah musiman atau stabil sepanjang tahun dan cari celah peluang yang belum banyak disentuh. Situs seperti UN Comtrade atau ITC Trade Map biasanya jadi rujukan untuk data perdagangan global.

Namun begitu, jangan lupakan soal regulasi. Pahami betul aturan perdagangan ekspor, terutama untuk barang tertentu yang punya ketentuan ketat. Sertifikasi seperti fitosanitari dari Badan Karantina Pertanian itu wajib. Sertifikasi lain, misalnya organik atau Global GAP, juga bisa jadi nilai tambah yang memperbesar kepercayaan konsumen dan membuka pintu pasar lebih lebar.

Setelah riset, saatnya buat penawaran atau quotation. Tanpa ini, calon pembeli di luar negeri tak bisa memesan. Pastikan penawaran jelas menyebut harga, metode pengiriman, dan syarat pembayaran. Soal harga, meski bisa pakai rupiah, umumnya lebih disukai dalam dolar AS. Untuk pengiriman, tentukan jenis kontainernya (20 atau 40 kaki) atau opsi sharing LCL jika volumenya belum penuh.

2. Order Masuk, Saatnya Siapkan Dokumen

Begitu order diterima, pekerjaan administratif dimulai. Persiapan dokumen ekspor butuh ketelitian ekstra. Dokumen-dokumen intinya meliputi invoice, packing list, Certificate of Origin (COO atau Surat Keterangan Asal), form preferensi tarif, dan Bill of Lading (BL).

Form preferensi tarif ini penting untuk tekan biaya masuk barang di negara tujuan. Bentuknya beda-beda tiap negara; ke Singapura pakai Form D (ASEAN), ke Korea pakai Form AK. Pengajuannya kini bisa lewat sistem e-SKA Kementerian Perdagangan.

Dokumen lain yang sering diminta adalah letter of credit, sebagai jaminan keamanan pembayaran untuk eksportir, plus kontrak transaksi. Surat ini biasanya diminta oleh mitra di luar, jadi komunikasi yang baik sangat diperlukan.

Ingat, persyaratan dokumen bisa berbeda di tiap negara. Riset ulang itu perlu. Satu kesalahan atau keterlambatan kecil bisa berakibat fatal: barang tertahan di bea cukai atau pengiriman molor. Kelengkapan dan keakuratan dokumen adalah fondasi kepercayaan dalam bisnis ekspor-impor.

3. Perhatian Ekstra pada Pengemasan

Ini tahap krusial. Pengemasan yang baik bukan cuma soal melindungi produk selama perjalanan jauh, tapi juga mempertahankan kualitas dan memengaruhi nilai di mata konsumen.


Halaman:

Komentar