Di sisi lain, sektor energi bersih juga dapat perhatian serius. Sensus akan menjangkau pelaku usaha di bidang pembangkit listrik tenaga surya, angin, biomassa, hingga perusahaan yang bergerak di instalasi panel surya dan teknologi penyimpanan energi. Data ini bakal jadi fondasi untuk merumuskan kebijakan transisi energi yang lebih tepat, termasuk pemberian insentif.
“Ketersediaan data yang akurat sangat menentukan percepatan penggunaan energi terbarukan,”
lanjutnya, menekankan kaitannya dengan target penurunan emisi.
Yang menarik, aktivitas remediasi atau pemulihan lingkungan juga masuk dalam radar. Selama ini data sektor ini terbilang simpang siur. Usaha seperti restorasi lahan bekas tambang, pembersihan tumpahan minyak, hingga jasa audit lingkungan akan didata. Tujuannya jelas: agar pemerintah punya peta kapasitas dan tahu di mana investasi dibutuhkan, terutama di daerah rawan pencemaran.
Lebih dari Sekadar Angka
Pada akhirnya, data dari SE2026 ini diharapkan jadi pedoman. Bukan cuma untuk pemerintah pusat dan daerah dalam menyusun kebijakan hijau yang berbasis bukti, tapi juga untuk pelaku usaha dan investor.
Mereka bisa melihat peluang bisnis dan potensi pasar yang sebenarnya. Bagi akademisi, ini jadi bahan kajian yang berharga.
“Kami berharap pendataan ini menjadi momentum untuk memperkuat ekosistem ekonomi berkelanjutan di seluruh Indonesia,”
tutup Amalia. Sensus ini, jika berjalan baik, akan lebih dari sekadar daftar perusahaan. Ia akan menjadi cermin nyata dari wajah ekonomi hijau Indonesia yang sedang berusaha tumbuh.
Artikel Terkait
Green Power Gelar RUPSLB Awal 2026, Diduga Kaitkan Deportasi Dirut
Bank Mandiri Salurkan 5.000 Paket Bantuan untuk Korban Bencana di Sumut
Gen Z dan Pemula Bisnis Bisa Raup Cuan di Musim Natal, Ini Peluangnya
Menteri Agraria Serukan Perlindungan Sawah di Kalteng, Ancaman Pangan Mengintai