Senin lalu (08/12), suasana di Bandara Internasional Jawa Barat, Kertajati, terasa berbeda. Bukan hanya soal lalu lintas penumpang, melainkan sebuah langkah konkret untuk masa depan industri penerbangan tanah air. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF Aero Asia) bersama PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) akhirnya melakukan groundbreaking untuk tahap pertama bengkel pesawat mereka di kawasan yang disebut Kertajati Aerospace Park.
Ini bukan proyek biasa. Tahap awal ini fokus pada penyiapan infrastruktur dasar, yang dikerjakan paralel dengan pembangunan hanggar khusus untuk pesawat sayap putar atau rotary wing alias helikopter. Pekerjaannya meliputi semuanya, mulai dari pematangan lahan, pembuatan jalan internal, sampai penyediaan listrik, air, dan jaringan fiber optik. Intinya, mereka menyiapkan pondasi lengkap sebelum gedungnya sendiri berdiri.
Hanggar helikopternya sendiri dirancang cukup luas. Bisa menampung beberapa unit helikopter kelas menengah sekaligus. Kalau semua berjalan sesuai rencana, fasilitas ini perlahan-lahan akan mulai beroperasi sekitar kuartal ketiga atau keempat tahun 2026.
Namun begitu, ini baru permulaan. Setelah fase pertama ini tuntas, pengembangannya akan merambat ke sisi lain. Mereka akan membangun apron dan taxiway untuk konektivitas pesawat, lalu dilanjutkan dengan hanggar untuk pesawat sayap tetap (fixed wing). Tak ketinggalan, fasilitas perawatan mesin dan komponen, manufaktur suku cadang, serta berbagai fasilitas pendukung lainnya akan menyusul. Semuanya merupakan bagian dari rencana jangka panjang untuk menciptakan sebuah kawasan industri dirgantara yang terpadu.
Direktur Utama GMF Aero Asia, Andi Fahrurrozi, menyebut momen ini sebagai langkah besar.
“Kertajati Aerospace Park akan menjadi fondasi baru bagi ekosistem aviasi nasional. Di sini, kemampuan MRO, manufaktur komponen, logistik, dan pengembangan SDM akan bertemu dalam satu kawasan yang terintegrasi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (9/12).
Andi juga membocorkan nilai investasi tahap pertama ini. Khusus untuk hanggar dan fasilitas awalnya, angkanya di atas 5 juta dolar AS, atau sekitar Rp 83,4 miliar. Nilai ini, kata dia, pasti akan membengkak seiring dengan perluasan kawasan di fase-fase berikutnya.
Artikel Terkait
IHSG Mengawali Pagi dengan Sentuhan Hijau, Rupiah Justru Tergelincir
Pasar Komoditas Lesu, Minyak Anjlok 2% Usai Irak Pulihkan Produksi
Cukai Minuman Manis Ditunda, Pemerintah Tunggu Ekonomi Pulih
Haru dan Doa: 117 Nasabah PNM Mekaar Berangkat Umrah, Bawa Harapan untuk Korban Bencana Sumatera