Nama Kevin Hassett, penasihat ekonomi Gedung Putih sekaligus pendukung setia Donald Trump, mencuat. Beredar kabar ia bakal diangkat sebagai Gubernur The Fed di awal 2026. Situasi ini jelas menimbulkan ketidakpastian.
“Eksekutif begitu dominan ingin menguasai di bank sentral yang kita lihat bahwa bank sentral itu adalah independen. Nah sehingga ini pun juga akan membuat memanasnya perpolitikan di Amerika,” jelas Ibrahim.
Dukungan Trump untuk menurunkan suku bunga The Fed kembali ke level sangat rendah, 0-0,25 persen, semakin menguatkan narasi ini. Faktor kedua datang dari ekspektasi pasar. Sebagian besar ekonom, hampir 88 persen, memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Desember ini. Namun, yang lebih ditunggu adalah seberapa dalam penurunan yang akan dilakukan sepanjang 2026.
Tak kalah penting, sentimen safe haven emas kian menguat akibat eskalasi ketegangan di berbagai belahan dunia. Di Eropa, konflik Rusia-Ukraina kembali memanas setelah serangan masif ke Kyiv. Putin bahkan menyatakan kesiapan Rusia jika NATO memilih berperang, sebuah pernyataan yang mengindikasikan ketegangan geopolitik yang makin runyam jelang akhir tahun.
Di Asia Timur, latihan militer besar-besaran Tiongkok di perairan dekat Taiwan memicu kekhawatiran, terutama dengan pernyataan Jepang yang siap membantu Taiwan jika terjadi agresi. Sementara itu, di Amerika Latin, situasi juga tidak stabil menyusul isu penguasaan wilayah Venezuela, produsen minyak mentah penting dengan produksi 1,1 juta barel per hari.
Jadi, meski sempat tertekan, emas justru menemukan banyak angin peluang dari berbagai ketegangan global ini. Pekan-pekan ke depan dipastikan akan menarik untuk disimak.
Artikel Terkait
Deportasi Petinggi An Shaohong Guncang Pasar, Saham LABA, KRYA, dan OLIV Anjlok
Pasar Asia Gamang Jelang Pertemuan Fed yang Diprediksi Panas
BEI Hentikan Sementara Perdagangan Empat Saham Usai Lonjakan Fantastis
Saham RLCO Melonjak 34,5% di Hari Perdana Bursa