Minat Investor Mengalir Deras
Menariknya, proyek PLTN ini rupanya banyak menarik minat investor. Haendra menyebut beberapa nama besar, seperti perusahaan asal Rusia, Rosatom, dan juga dari China.
“Jadi yang tertarik itu bukan cuma Rosatom. China juga tertarik. Cuma sebetulnya dengan Rosatom kita tetap berhubungan dengan komunikasi dari ESDM. Tapi apakah nanti dia yang pertama, saya enggak tahu ya,” ungkapnya.
Pemerintah, kata dia, pada dasarnya membuka peluang seluas-luasnya. Pendekatan kerja sama pemerintah ke pemerintah (G2G) biasanya ditangani langsung oleh Kementerian ESDM.
Negara-negara yang sudah menyatakan minatnya ini dinilai punya rekam jejak yang kompeten. Teknologi yang mereka tawarkan juga dianggap relatif aman.
“Sebenarnya tinggal pilih, safety-nya saya kira sudah kredibel semua yang ditawarkan ke Indonesia. Kita enggak ragu-ragu dengan kredibilitasnya Rosatom, dari China, dari Korea, dari Kanada, negara-negara punya track record yang bagus,” ujar Haendra.
Tak ketinggalan, perusahaan seperti Danantara Indonesia juga sudah mulai melirik. Mereka bahkan sudah menggelar pertemuan dengan sejumlah pihak terkait, meski belum memastikan akan investasi di proyek mana.
Lantas, siapa yang nanti akan jadi operatornya? Itu pun masih jadi tanda tanya. Haendra menegaskan ada dua skenario yang mungkin: dikelola langsung oleh PLN, atau diserahkan ke pembangkit swasta (Independent Power Producer/IPP).
“Kalau nanti misalnya Indonesia Power yang maju, kan bendera PLN. Tapi mungkin investasinya atau pendanaan bisa dari Rusia, atau dari China, atau Danantara. Nah ini kan, belum tau ya, masalah pendanaannya,” tutupnya.
Jadi, meski peta jalannya mulai terlihat, masih banyak hal yang harus diputuskan. Satu yang pasti, perjalanan menuju PLTN pertama Indonesia masih panjang dan penuh dengan kemungkinan.
Artikel Terkait
LPS Siap Jamin Polis Asuransi, Premi Diprediksi Bakal Melonjak
Vonisi ASDP: Ketika Kriminalisasi Mengancam Logika Bisnis
OJK Batasi Kuota Besar, Investor Kecil Dapat Porsi Lebih Besar di IPO
BTN Cetak Lonjakan Pendapatan Bunga 44%, Analis Soroti Momentum Baru